Hari ini adalah hari kelulusan Syfa di Monash University.
Dipa tahu akan hal itu karena Kirana telah memberitahunya kemarin malam. Mereka
ingin menjemput Syfa di Stasiun Bekasi karena Syfa akan pulang seorang diri.
Dipa pergi ke stasiun menunggu kepulangan Syfa. Dia tidak bisa menemuinya
langsung di universitasnya karena tahu jika Dipa tidak bertemu, mereka akan
semakin jauh lagi untuk berbicara ataupun tersenyum satu sama lainnya.
Dipa telah
menunggu hari ini, hari dimana menurut dia adalah hari yang tepat untuk
menyatakan perasaannya secara langsung. Dipa menunggu kepulangan Syfa di
stasiun lebih awal dari teman-teman SMA nya dulu. Dia sampai di stasiun Bekasi
dua jam sebelum kedatangan Syfa. Hanya menunggu dan menunggu saja. Satu jam
berlalu, Dipa melihat Grace, Feline, Kirana, Andini, dan Indiana sudah tiba.
Disusul beberapa menit oleh Agung, Rafif, Pradia, Zisochi dan Mika sampai di
stasiun.
Dipa tidak
memanggil mereka karena berbohong kepada Kirana bahwa pada hari ini tidak bisa
menemui Syfa. Padasaat yang ditunggu, kereta datang. Keadaan menjadi sangat
ramai karena banyak orang yang berdesakkan untuk menaiki kereta serta menuruni
kereta. Dipa masih bisa melihat mereka dari jaraknya berada. Tiba-tiba suara
lantang mereka terdengar setelah Syfa menuruni kereta.
Semua
cerita ini berawal saat mereka duduk di sekolah jenjang atas (SMA). Pada saat
itu, geng Dipa berhasil naik kelas dari hasil rapot yang ya... alhamdulillah lah kalau dilihat sekali
saja, kalau sering dipandang akan berubah, yang tadinya alhamdulillah menjadi astaghfirullah.
Astaghfirullah... nilai kok banyak
yang pas KKM yah? Hehehe...
Kalian tahu
kan, bahwa setelah kenaikan kelas pasti ada libur panjang? Nah, liburan
kenaikan kelas telah berlalu. Dipa menghabiskannya tanpa sia-sia. Bermain,
berpetualangan, memancing di sungai, danau, waduk, hingga laut.
Tapi semua
itu bohong. Karena selama liburan Dipa hanya dirumah, menghabiskannya dengan
makan dan tidur. Sangat menyakitkan bila liburan tidak melakukan apa-apa.
Kawan-kawannya menghabiskan liburan dengan keluarga masing-masing. Tak ada
satupun yang mengajak Dipa untuk liburan bersama. “Aku rapopo”. Ya, salahsatu bahasa Jawa yang digunakan anak jaman
sekarang yang menunjukkan rasa sedih ataupun kecewa. Kata tersebut memang cocok
karena hanya itu saja yang bisa Dipa rasakan karena mendengar mereka semua
pergi liburan.
Daripada
membahas liburan kenaikan kelas lebih lama lagi, karena akan membuat Dipa iri
dan sakit hati, mending kita lanjut saja pada awal semester masuk sekolah (kasihan Dipanya nanti baper.. bawa
perasaan).
Rabu pagi
yang cerah, di dalam ruang keluarga yang luas, terdapat berbagai macam parabot asli
buatan Indonesia yang bernilai mahal dan mengkilat. Di sudut ruangan yang
terdapat guci besar terbuat dari keramik, terdapat berbagai macam alat elektronik
yang mahal dan canggih serta ukiran yang terukir pada furniture kayu asli Jepara. Suasana yang sunyi dan tenang kini
berubah seketika pada saat Dipa berteriak histeris.
“Apa? sudah pukul 06 : 40 ! Bisa terlambat ini. ” Teriak Dipa.
“Lagian mandinya dihayati sih.” Jawab ibu mengejek.
“Udah ah, lagi buru buru nih.” Bela Dipa.
“Celananya jangan lupa di sleting ya..” Ledek ibu.
Akhirnya
Dipa bergegas memakai seragam putih abu-abu yang tergantung di pintu lemari
bajunya.
“Ibu, aku berangkat dulu ya. Assalamua’laikum Wr. Wb.” Teriak Dipa dari teras rumah.
“Iya, hati hati. Waa’laikumussalam Wr. Wb. ” Sahut ibu dari dalam rumah.
Keren keren, haha
BalasHapusTerimakasih mas Fernando, btw udah dibaca sampai bagian 6?
Hapus