Bekasi,
17 Juli 2014. Sinar matahari pagi memaksa masuk dari celah celah pepohonan.
Burung burung berkicau kesana kemari di pekarangan rumah. Serta angin yang sejuk
ditambah dengan pepohonan rindang
dipekarangan rumah menambah lengkapnya suasana santai pak Handoko untuk
pagi ini. Beliau menikmati pagi ini dengan duduk santai menatap birunya langit.
Tiba tiba Fico berteriak dari ruang keluarga, pak Handoko menjadi kaget. Cepat
cepat Fico menuju ayahnya yang sedang menikmati pagi ini di pekarangan rumah. Fico
memberitahu breaking news untuk pagi ini. Pak Handoko tidak percaya dengan
berita yang disampaikan Fico, oleh karena itu beliau bergegas memastikan berita
tersebut. Siaran televisi di Indonesia tiba tiba serentak menyiarkan berita
kecelakaan pesawat MH17. Kaki pak Handoko menjadi lemas, pandangan menjadi
kabur dan tiba tiba beliau pingsan. Bagaimana beliau tidak pingsan karena Laras,
anak pertamanya menjadi penumpang pada pesawat tersebut bersama dengan Benji,
kekasihnya Laras.
Benji telah mati, dia yang selalu berada disamping
Laras telah mati. Laras tidak bisa tertawa, tidak bisa tidur, tidak bisa
tersenyum, tidak bisa makan dan bahkan tidak bisa menangis. Suasana masih dalam
kedukacitaan mengingat bahwa hari ini adalah hari pertama setelah peristiwa kecelakaan
tersebut. Kerabat kerabat Laras dan Benji datang untuk memberi penghormatan
terakhir. Pak Handoko mendekati salah satu kerabat Laras.
“Nak, tolong selamatkan anak itu. Jika itu kamu, mungkin
kamu bisa menjadi dia. Jadilah dia dan selamatkan anak itu.”
Kerabat Laras itu
pun mengangguk dan mengabulkan perintah dari pak Handoko.
Bekasi,
25 Juli 2014. Hari ini aku resmi menjadi Benji. Psikolog yang membantuku untuk
menjadi Benji telah datang.
“Nah, bagaimana Nico ? sudah siap untuk menjadi Benji ? ”
“Maaf pak, sekarang saya sudah menjadi Benji. Jadi
panggil saya dengan nama Benji. “
“Baiklah.”
Aku adalah Benji.
Ya, mulai hari ini aku adalah Benji. Benji yang selalu ada disamping Laras, Benji
yang selalu membuat Laras tersenyum dan tertawa. Ini adalah dunia baruku serta
misi baruku. Psikolog itu memintaku untuk bergegas menuju rumah Laras. Aku dibekali
alamat serta buku diary Benji. Sesampai di rumah Laras, aku menuju kamar Laras.
Kulihat dia hanya berdiam diri disudut kamarnya. Aku mencoba untuk berbicara
dengan Laras, namun hanya ada hening yang aku dapat. Aku berjalan meninggalkan
kamar Laras. Saat mataku hendak melihat kearah kanan kamarnya, kulihat buku
diary yang mirip dengan buku diary Benji. Ku ambil diary tersebut dan ku lihat
isi diary tersebut. Banyak sekali foto Laras dengan Benji yang tertempel di
diary ini. Hendak pada halaman terakhir, kudapati tulisan Laras yang berisi
lima impiannya bersama Benji. Dengan rasa penasaran, aku buka diary Benji pada
halaman terakhir. Ternyata benar, halaman terakhir diary Benji sama dengan
punya Laras. Aku berfikir mungkin dengan cara ini misiku bisa berhasil.
Bekasi,
26 Juli 2014. Hari pertamaku gagal untuk membuat Laras berbicara terhadapku.
Keesokan harinya, aku mengikuti apa yang dituliskan Laras pada diarynya.
Impiannya yang pertama adalah pergi bersama ke kebun raya Bogor serta taman
bunga Bogor. Kami bersama melewati hari ini dengan senyum dan tawa yang riang.
Akhirnya aku bisa membuat Laras riang kembali. Kami berfoto bersama dan membeli
album untuk foto hari ini karena lembaran di diary Laras sudah tidak muat untuk
menempelkan foto terbaru kami. Sepulang dari jalan jalan, Laras berterimakasih
kepadaku. Aku sangat senang sekali karena hari ini bukanlah hari kegagalanku
lagi.
Bekasi,
29 September 2014. Seiring berjalannya waktu, tak terasa kini susah sampai
impian Laras yang keempat. Impiannya kali ini sangat unik karena dia
menginginkan Benji bermain musik ditengah keramaian dan berduet dengan Laras.
Aku tertawa membacanya. Tapi akan aku usahakan demi kebaikan Laras. Aku pilih
kota tua yang letaknya di Jakarta kota. Kami bermain musik ditengah keramaian
pengunjung disana. Beberapa pengunjung bernyanyi bersama Laras. Tak lupa Laras
abadikan video ini di kamera yang ia bawa.
Bekasi,
24 Oktober 2014. Hari ini kuputuskan untuk mengakhiri misi ku sebagai Benji.
Impian terakhir Laras adalah berkeliling menggunakan kereta commuter line.
Pukul 9:00 kami berangkat dari stasiun Bekasi. Tujuan pertama adalah menuju
Bogor. Kumatikan data internet hanya untuk menghabiskan waktu bersama Laras
tanpa ada gangguan dari yang lainnya. Aku seperti kekasihnya Laras. Ya, itu
yang selalu aku pikirkan sejak dari awal bertemu dengannya. Pukul 10:13 kami
berhenti di stasiun Depok. Laras meminta kami turun sejenak karena ia ingin
buang air kecil. Aku menunggu Laras di tangga. Hampir 10 menit sudah aku
menunggunya. Akhirnya aku putuskan untuk mencarinya. Setelah kulihat, ternyata
dia bertemu dengan kerabat kerabatnya. Aku menjadi kesal, bukan karena lama
menunggu, akan tetapi karena kulihat Laras dirangkul dengan teman lelakinya.
Karena
kesal, kutinggal Laras dan mengirimkan pesan bahwa aku bergegas kembali pulang.
Langsung saja kumatikan handphone ku. Setelah sampai Bekasi, diperjalanan
pulang, aku melihat gumpalan asap hitam menari nari di udara, mengalahkan
putihnya awan dan birunya langit. Ternyata kebakaran itu tepat berada di
seberang jalan dari rumahku. Kepalaku menjadi sakit karena melihatnya. Bukan
karena panas dan pusing, melainkan sebuah trauma yang besar.
Bekasi,
17 Juli 2014. Hari ini Laras memaksa Benji untuk berlibur ke Belanda. Tak tahu
ada angin apa, tiba tiba Laras ngotot ingin sekali berlibur. Sesampai di
bandara, mereka cekcok karena keinginan Laras yang mendadak. Akhirnya Laras
menaiki pesawat, tapi Benji tidak. Pada saat perjalanan pulang, dia mendapat
berita dari internet bahwa pesawat yang dinaiki Laras mengalami serangan pada
saat menuju Belanda. Bergegas Benji melihat video di Youtube. Kekhawatiran
Benji seemakin menjadi jadi.
Bekasi,
18 Juli 2014. Hari pertama setelah peristiwa kecelakaan tersebut, kerabat
kerabat Laras dan Benji datang untuk memberi penghormatan terakhir. Pak Handoko
mendekati salah satu kerabat Laras.
“Nak, tolong selamatkan anak itu. Jika itu kamu, mungkin
kamu bisa menjadi dia. Jadilah dia dan selamatkan anak itu.”
“Mungkin dengan ini, anak itu bisa kembali seperti
semula. Kemungkinan besar kita bisa membuatnya kembali seperti semula adalah
dengan menggunakan metode terapi menggantikan dirinya menjadi orang lain. Dan
kamu bisa menjadi Laras untuk membantu kesembuhan anak itu.”
“Tolonglah, anak itu sudah putus semangat, dia menganggap
dirinya sebagai robot. Hanya bisa diam dan melamun saja. Dampak kehilangan
orang yang dia sayangi dengan cara tragis itulah yang membuatnya seperti
sekarang ini. Benji menjadi Kekalutan mental karena peristiwa itu.”
Setelah berunding
dengan psikolog dan pak Handoko, Dilla, kerabat Laras itu pun mengangguk dan
mengabulkan perintah dari pak Handoko. Dan pada saat itulah Dilla menjadi
Laras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar