“No…raf…pan…Prad…pril…dip…ka…gung tunggu!” Seru Zaenal.
“Lah, Zaenal itu. Dari mana aja nal ? Bayu mana ?” Tanya Seno.
“Iya nih, tadi dipanggil pelatih dulu no, nanti sore ada latihan dadakan.” Jawab Zaenal.
“Terus Bayu mana ?” Tanya Aprillo.
“Masih di lapangan bareng tim.” Jawab Zaenal.
“Lah, lu nggak ikut ngumpul pan ?” Sambung Zaenal.
“Nggak ada yang kasih kabar ke gua.” Kata Irfan.
“Emang lu dianggap pan di tim? hahaha…” Ledek Mika.
“Lah, lu nggak tau siapa top skorers Kepala Sekolah Cup kemarin ?” Tanya Irfan.
“Enak aja lu kalo ngomong hahaha…” Tambah Irfan.
“Tapi bukan pemain terbaik kan pan ?” Tanya Zaenal.
“Tau deh yang sering jadi pemain cabutan dimana mana… sampe dapet upah pula, walau cuma buat beli bensin sama minum.” Ledek Irfan.
“Ya kita mah apa atuh, ada yang minta bantuan ya kita tolong.” Kata Zaenal.
“Udah lah… kalian pemain terbaik dan goal terbanyak tapi kelas kalian nggak jadi juara. Jadi miris deh.” Celetuk Zisochi.
“Kok nyelekit ya ? hahaha…” Kata Zaenal.
“Mau pulang kan ? Tungguin dulu ya, gua sholat dulu.” Tambah Zaenal.
“Bayu belom sholat juga nal ?” Tanya Seno.
“Beluman kita no, tadi langsung disuruh kumpul.” Jawab Zaenal.
“Yaudah, tunggu di kantin aja kita nih ?” Tanya Rafif.
“Oke deh, kantin aja.” Setuju Pradia.
“Tunggu, gua SMS Bayu dulu. Mau pulang bareng apa nggak dia.” Kata Seno.
“Bareng ya no hehehe…” Pinta Zaenal.
“Rumah lu kan deket nal. Di ujung jalan sekolah.” Kata Irfan.
“Ya kan ga apa-apa selagi ada yang mau kasih tumpangan pan.” Jawab Zaenal.
Mereka
bergegas menuju kantin meninggalkan Zaenal yang sedang membuka sepatu untuk
segera sholat. Tak lama kemudian Bayu menyusul Zaenal dan meletakkan sepatunya
tepat disamping Zaenal. Tujuh menit kemudian, Bayu dan Zaenal saling balapan
memakai sepatu masing-masing. Mereka meninggalkan kantin dan menuju parkiran.
Setelah ditengah perjalanan, Dipa menarik tas Agung yang berada tepat di
depannya.
“Eh gung, dulu lu kelas X sekelas sama Syfa kan ? Dia itu orangnya gimana sih ?” Tanya Dipa dengan penasaran.
“Iya. Mika sama Rafif kan juga sekelas sama Syfa dulunya. Kalo Irfan pas kelas XI nya. Dia orangnya pendiem terus pinter pula, tapi nanti lama kelamaan juga Dipa bisa temenan baik sama dia. Soalnya selain pinter, dia juga gampang dapet temen baru.”Jawab Agung.
Oh ya,
ceritanya sudah panjang tapi Dipa belum memperkenalkan diri. Nama kepanjangan
Dipa adalah Kazuichi Kin Dipa Kirigaya. Panggil saja Dipa. Arti dari namanya
adalah elang emas pertama keluarga Kirigaya. Sedangkan Dipa adalah nama kakak
laki laki ibunya yang sukses sampai mengejar impiannya menjadi pembisnis di
luar negeri.
Mengapa
Dipa diberi nama itu ? Karena, ibunya pernah bilang kepada Dipa kalau ia ingin
anaknya seperti elang yang gagah dan karena Dipa anak pertama, maka diberi nama
Kazuichi dan ia juga menginginkan kesuksesan kakaknya menular kepada Dipa.
Ayahnya
bernama Kageki Kagayakashii Kirigaya. Artinya adalah Luar biasa cemerlang. Kata
ibunya, beliau ingin ayah Dipa menjadi orang yang pintar dan luar biasa dalam
mengatasi segala masalahnya. Oh ya, Kirigaya adalah nama keluarganya di Jepang.
Kalau di Indonesia sama halnya dengan marga. Sedangkan ibunya bernama Davina
Kusuma Dewi.
Yup... Dipa
adalah keturunan dari Indonesia dan Jepang. Ayah dan ibunya bisa bertemu itu
karena dulu ibu Dipa mendapat kesempatan untuk pertukaran pelajar ke Jepang.
Disanalah mereka bertemu. Kata ibunya, dulu ayah Dipa sangat romantis.
Ayahnya
menyatakan perasaannya pada saat festival hanabi atau yang sering disebut
dengan festival kembang api. Pada malam itu, ayah Dipa membawa seikat bunga
matahari kesukaan ibu Dipa. Ia memberikannya pada saat mereka duduk bersama di
bawah pohon sakura sambil menyaksikan kembang api.
Dipa anak
pertama dari dua bersaudara. Adiknya bernama Mangetsu Taka Ribapuru Kirigaya.
Mangetsu diambil dari kata bulan purnama dan Ribapuru diambil dari kata kota
Liverpool. Jadi, adik Dipa lahir pada saat bulan purnama, dan kata Ribapuru itu
karena ayahnya sangat mengidolakan tim Liverpool. Dipa lahir di Kurume 25 Mei
1996 di Jepang. Hobi bersepeda, menonton pertandingan baseball, dan menonton
pertandingan futsal maupun basket.
Disekolah
menengah atas ini, Dipa mengambil jurusan IPS karena ingin seperti pamannya
yang menjadi akuntan dan pembisnis terkenal. Sebenarnya cita-cita utama Dipa
adalah menjadi Dokter Hewan, akan tetapi orang tuanya melarang menjadi Dokter
Hewan lantaran sangat jarang ada orang yang memakai jasa Dokter Hewan di
Indonesia.
Tapi, Dipa
tak pernah mengeluh karena hal itu. Yang terpenting baginya adalah berbuat baik
selalu kepada semua mahluk hidup dan dekat kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan jika
kita melakukan hal yang berguna untuk semua orang, Insha Allah Sang Pencipta
akan memberikan jalan terbaik untuk kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar