Sabtu, 14 Januari 2017

Jurnal Si Dipa (Ketika Kita Merasa Kesal Bagian 7)

        Mereka main dengan nikmatnya. Kedua tim tak mau terlihat kalah. Semua sandi telah digunakan. Mereka berhasil membuntuti skor tim lawan. Akan tetapi, sesekali terlintas didalam ingatan Dipa mengenai isi pesan yang dikirim Syfa. Lagi lagi pada saat memegang bola, selalu tercuri oleh pemain lawan.

Kak. Selama pertandingan, nggak ada waktu buat mikirin hal-hal yang nggak perlu!” Bentak Rey dari belakangku.

            Dipa tersadar oleh bentakan Rey. Dipa mulai bermain tenang. Ya, benar. Dipa bermain tenang dan santai walaupun hatinya penuh amarah. Tim Agung makin memperkecil skor. Akan tetapi perjuangan mereka terhenti sampai disitu karena kalah dengan selisih skor 10 angka. Mereka bergegas bersalaman kepada tim lawan dan mengucapkan selamat. Setelah itu mereka masuk ke ruang basket untuk mengoreksi pertandingan hari ini. Tapi terlebih dahulu, mereka semua melakukan pendinginginan agar terhindar dari kram maupun kesemutan.

         Setelah selesai mengoreksi pertandingan hari ini, mereka semua bergegas pulang kerumah masing masing. Dipa lupa bahwa buku tulisnya tertinggal di ruang pelajaran tambahan. Dipa keluar dari ruangan basket dan segera mengambil buku yang tertinggal. Terlihat Syfa sedang menunggunya diluar. Dipapun menghampiri Syfa. Setelah sampai dihadapannya, Dipa tersenyum kepadanya. Namun Syfa memasang mata yang berkaca kaca. Tanpa mengerti alasannya, tiba tiba Syfa menampar Dipa.

Anak kecil !”  Marah Syfa.
Syfa kenapa?” Tanya Dipa.
Syfa kenapa? coba Dipa pikir aja kenapa Syfa kayak gini.”  Jawab Syfa.
Emang ada apa?” Tanya Dipa.
Pemikiran Dipa masih kayak anak kecil ya. Kenapa Syfa jadi bahan taruhan? buat apa? inget ! Syfa bukan barang yang bisa ditaruhkan dalam perlombaan ataupun permainan !” Marah Syfa.
Loh..., kok..?” Heran Dipa.
Kenapa? Syfa udah tau kok semuanya. Tadi Kira yang bilang sendiri ke Syfa. Dipa taruhan kan sama Kira? emang Dipa pikir tadi keren? enggak ! enggak sama sekali ! kenapa sih, Dipa masih kayak anak kecil. Pikirin dong sampe jauh ! jangan cuma sampai 2 atau 3 jam saja !” Marah Syfa.
Terus maunya apa sekarang?” Tanya Dipa terbawa kesal.
Setidaknya minta maaf lah karena sudah melibatkan Syfa.” Jawab Syfa.
Buat apa minta maaf ke Syfa ? Kenapa Syfa selalu bilangnya anak kecil lah, kekanak kanakan lah, emang nggak ada yang lain apa?” Tanya Dipa dengan meluapkan kekesalannya.
Memang bener kan? Syfa ngomong kayak gini emang bener.” Jawab Syfa.
Iya ! Bener ! gua masih kekanak kanakan. Butuh menjadi dewasa dan pintar kan agar elu bisa suka sama gua? dan itu butuh waktu lama untuk jadi seperti itu dan hanya akan terus mengejar ngejar elu aja. ” Kesal Dipa.
Yaudah, kalo gitu berhenti suka sama gua dan jangan ngejar ngejar lagi !” Jawab Syfa dengan kesalnya.

       Dipapun tidak bisa membalas perkataan Syfa, akhirnya dia bergegas menuju ruang Bahasa Indonesia. Dipa melangkah melewati Syfa disana. Selelah Dipa meninggalkannya, Syfapun teriak kepadanya.

Tuh kan, emang bener. Dipa masih kayak anak kecil. Minta maaf aja susah. Dasar keras kepala !” Teriak Syfa.
Iya… emang benar, gua masih kayak anak kecil.” Balas Dipa.
Dasar keras kepala !” Teriak Syfa.
Iya, gua keras kepala karena sampai sekarang masih ngejar ngejar elu.” Kata Dipa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar