“Eh, liat deh. Itu Dipa kok senyum?” Tanya
Grace.
“Stres kali tuh anak.” Kata Feline.
“Gua rasa sih dia galau.” Tambah Kirana.
“Syfa sih, kurang pas SMSnya.” Kata
Feline.
“Syfa kan nggak tau.” Kata Syfa.
Kemudian, Syfa merasa handphonenya
bergetar. Dengan cepatnya Syfa melihat handphonenya.
“Kenapa Syfa?” Tanya Grace.
“Ini, Dipa bales SMS Syfa. Dia bilang iya,
terimakasih.” Kata Syfa.
“Benerkan apa yang gua bilang, tuh anak lagi
galau.” Kata Kirana.
“Galau campur stres tuh... haha...” Kata
Feline.
Permainan kini dilanjutkan,
pikiran Dipa tidak lagi ada dilapangan. Pandangannya sesekali menjadi blur.
Berkali kali bola tercuri oleh pemain lawan. Bukan hanya itu saja, berkali kali
juga shoot yang dilepaskannya meleset
dari target. Dipa tak bisa fokus untuk bermain. Pelatih heran dengan permainan
Dipa. Kemudian pelatih bertanya kepada Rachel.
“Rachel, mana sih yang namanya Syfa?” Tanya
pelatih.
“Sebentar deh kak... tuh dia orangnya disana.” Jawab
Rachel sambil menunjuk kearah Syfa.
“Lah, Dipa gimana sih? anaknya ada lagi
nonton dia, kok mainnya jadi gini ya?” Tanya pelatih.
“Kakak, tadi lu ngomong apaan?” Tanya
Rachel.
“Nggak kok, gua lagi ngomong sendirian.” Jawab
pelatih.
Dipa melihat kearah papan skor. Kini
kedudukan berbalik menjadi 21-25. Setelah itu dilihatnya kearah pelatih. Pelatih
memberi aba aba untuknya. Dia menyuruh Dipa keluar lapangan bersama Rey.
Akhirnya mereka berdua istirahat. Pelatih bertanya mengenai permainan Dipa.
“Lu kenapa sih? mainnya jadi buyar semua?
kenapa? itu ada anaknya lagi nonton elu. Kenapa lu jadi jelek mainnya?” Tanya
pelatih.
“Siapa kak? Kak Syfa?” Tanya
Rey sambil mengambil botol air minum dari tangan Rachel.
“Iya.” Jawab pelatih.
“Kak Syfa mah daritadi pas bel pulang emang
udah ada disitu kak.” Kata Rey setelah meneguk air minumnya.
“Tuh, lu dengerin si Rey. Daritadi Syfa
nonton lu tuh. Kenapa nggak lu kasih dia permainan bagus? kapan lagi lu
ditonton sama dia? ” Tanya pelatih.
“Tau nih kak Dipa. Tadi aja pas kloter 1
ngotot mau menang.” Kata Rey.
“Maaf kak, tiba tiba ngeblur semua pandangan
gua, pikiran gua nggak ada dilapangan.” Kata Dipa sambil meletakan
minumnya.
“Yaudah, ntar keloter terakhir lu masuk lagi.
Sekarang tenangin dulu pikiran lu dip.” Kata pelatih.
Kloter kedua selesai. Skor sementara
30-42. Tinggal satu kloter lagi untuk menyelesaikan permainan ini. “Aku harus
menang ! kami harus menang ! ” itulah yang mereka pikirkan sekarang. Untuk
kloter terakhir, pelatih memasang pemain seperti kloter pertama. Aku meminta
izin kepada Rafif untuk bertukar posisi sebagai shooting guard. Dengan senang hati Rafif memberikannya kepadaku.
“Oke, kita tetep main pake serangan kita.
Terserah mau pake cara apa buat masukin bola. Pokoknya kita harus menang.
Karena kita tuan rumahnya.” Kata Rafif.
“Coba pake serangan sandi aja kak.” Tanya
Farhan.
“Oke, nggak ada salahnya kita coba dulu. Masih
pada inget kan?” Tanya Rafif.
“Kalo nggak inget mah nanti hukum aja
kak…haha..” Kata Agung yang mencairkan suasana.
“Siap, gua ikut kata kapten aja deh.”
Dukung Rafif.
“Wah,kak Agung udah manggil kak Rafif pake
kata kakak nih, harus hati hati kita haha…” Canda Rey.
“Mau gimana lagi, ya harus menang kalo udah
kayak gini.” Pasrah Farhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar