Senin, 23 Oktober 2017

Jurnal si Dipa (Bab 5 Mendung Bagian 2)

Tak lama kemudian, Madame masuk ke dalam kelas. Pelajaran pertama untuk hari ini segera dimulai. Semua murid menjadi tertib dan duduk di tempatnya masing-masing. Mengeluarkan buku serta perlengkapan tulis. Menyimak dan mendengarkan materi yang sedang disampaikan. Akan tetapi pandangan Dipa masih tak mau beranjak dari jalan yang berada di seberang sekolahnya. Beberapa menit berlalu. Syfa bersama Kirei masuk ditengah materi dengan mengetuk pintu terlebih dahulu. Mereka menjelaskan keterlambatannya kehadapan Madame. Setelah itu mereka bergegas duduk ditempat masing-masing.

Pagi Dipa, Sekarang Madame bahas materi halaman berapa ?” Tanya Syfa sambil membuka buku cetaknya.
Pagi Syfa. Buka materi yang minggu lalu aja, pasti ibunya lanjut bahas materi yang kemarin.” Jawab Dipa yang masih terpaku pada sisi jalan.
Ish, masih pagi udah nggak konsen aja. Lagi liatin apaan sih?” Tanya Syfa sambil melihat kearah luar jendela.
Nggak ada apa-apa kok dip di luar sana.” Tambah Syfa.
Emang nggak ada apa-apa disana. Lagi pengen aja mandangin jalan itu.” Jawab Dipa yang masih memandangi jalan.
Ish, Dipa aneh.” Heran Syfa.

Syfa mulai bertanya pada Zisochi yang tepat berada di depan tempat duduknya mengenai pembahasan materi yang sedang dibahas Madame. Dibukanya buku cetak Dipa beserta punyanya. Syfa melihat Dipa yang masih memandangi jalan. Dengan jahilnya Syfa menulis diatas buku cetak Dipa pada halaman 35. “Jangan melamun terus, nanti ujian nggak bisa lho !”.

Sudah 20 menit pelajaran berlalu, akhirnya Dipa terlepas dari pandangannya yang tidak ada di kelas. Dipa melirik kearah buku Syfa dan langsung membalikan halaman bukunya pada materi yang saat ini dijelaskan. Madame berhenti sejenak dan teringat pada awal pelajaran belum mengabsensikan murid-muridnya. Satu persatu disebutkannya. Mulai dari Abror hingga Zisochi.

Madame adalah guru pelajaran Bahasa Prancis kami. Memegang kelas X.4, X.5, XII IPS 1 dan XII IPS 2 pada mata pelajaran yang sama. Merupakan wali murid dari kelas XII IPS 2. Memiliki postur tubuh yang pas. Dengan kata lain tidak begitu gemuk dan tidak terlalu kurus. Berwajah manis namun disiplin. Tegas namun penyayang.

Pelajaran dimulai kembali setelah Madame selesai mengabsensi murid-muridnya. Diletakkannya buku absensi kelas berdekatan dengan buku referensi pelajaran. “Masukan buku cetak kalian kedalam tas dan siapkan alat tulis beserta selembar kertas. Selain dua benda tersebut, tidak diperkenankan ada benda lain berada diatas meja.” Terang Madame. Serentak murid-murid melaksanakannya walaupun diawal terjadi kegaduhan. Banyak yang terpaksa dan tidak terima. Namun apakah daya mereka karena perkataan serta perintah guru adalah hal yang mutlak bagi murid-murid selama itu baik dan mendidik untuk mereka. Madame keluar sejenak untuk mengangkat telepon yang sepertinya penting. Karena jika tidak begitu penting, pasti akan diabaikannya dan mencoba menelponnya kembali padasaat pelajaran telah usai.

Ya, Satu lagi sifat yang ada pada Madame. Baik tapi ngeselin. Terkadang memberikan test dadakan. Wajar saja Madame memberikan pelayanan seperti ini karena beliau menginginkan murid-muridnya selalu siap belajar tanpa harus menunggu diberikan tugas ataupun ulangan. Beliau paham betul karena generasi jaman sekarang jauh berbeda dibanding dulu. Lebih dominan menghabiskan waktu luang dengan bermain game online daripada harus membaca tajuk rencana, novel ataupun ensiklopedia.

Baru mau serius belajar, malah test dadakan.” Keluh Dipa.
Makanya selalu serius. Mama Dipa nyekolahin Dipa buat belajar. Bukan buat melamun aja.” Nasehat Syfa.
Marahin tuh Syf. Emang gitu kelakuannya dari dulu.” Kompor Rafif.
Dari kelas XI emang badung tuh anak.” Tambah Agung.
Yah.. nggak ngaca. Inget ga, siapa yang pecahin kaca lab tapi nggak tanggung jawab ?” Ember Dipa.
Siapa yang ngumpetin celana seragamnya Kiko pas lagi poop sampe kasusnya dibawa ke kesiswaan ? sampe dijemur, disuruh hormat bendera ?” Tambah Dipa.
Kan itu kecelakaan dip, Rafif passing bolanya jelek. Minta chest pass malah dikasih head pass.” Bela Agung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar