Akhirnya Mika menulis sesuai yang diperintahkan babeh kepada
mereka, kemudian baru Dipa. Mereka lanjutkan push up sebanyak 50 kali. Setelah
itu, Dipa dibiarkan mengikuti pelajaran. Akan tetapi Mika tidak diperbolehkan
ikut pelajaran karena dia masih ditahan oleh babeh. Katanya sih karena dia
sudah sering terlambat.
Baru hari
pertama masuk saja, Dipa terlambat datang kesekolah. Akhirnya Dipa mencari
ruang kelas XII IPS 2. Setelah ketemu kelasnya, Dia bergegas masuk. Ternyata Madame barusaja keluar kelas dan menuju
ruang guru untuk mengambil sesuatu yang tertinggal disana. Dipa harus duduk
bersebelahan dengan perempuan berkacamata yang duduknya berada ditengah-tengah
ruang kelas karena hanya kursi itu saja yang tersisa. Setelah duduk, perempuan
berkacamata itu tersenyum ramah kepadanya, dan Dipa membalas senyumannya
tersebut.
Di papan
tulis juga telah tertulis struktur organisasi kelas. Tertulis jelas bahwa
Pradia kalah telak dengan Irfan. Irfan mendapat 34 suara dan Pradia mendapat 11
suara. Kini Pradia turun jabatan menjadi wakil ketua kelas. Mereka belajar pada
masa pimpinan ketua kelas yang bernama Muhammad Irfan Fauzi serta wali kelas
yang akrab dipanggil Madame. Dikelas itu
bagaikan Indonesia. Dari ujung Sabang sampai ujung Merauke semuanya ada. Mulai
dari anak males-malesan, anak jagoan, anak pintar, anak musik, anak olahraga,
anak gaya-gayaan hingga anak galau-galauan.
“Itu apaan Pradia? Angka 13? Telak amat kalahnya... haha...ada juga ya yang masih mau elu jadi ketua kelas, gua kira udah ga ada yang mau.” Ledek Dipa ke Pradia.
“Seharusnya itu enggak sah, kan Dipa sama Mika enggak milih tadi.” Polos Rafif.
“Haha, enggak gitu juga raf, Tetap aja kalo gua milih, paling gua milihnya Irfan hahaha..” Canda Dipa.
“Haha…Parah tuh Pradia, frontal banget Dipa. Udah frontal, nyesek lagi hahaha…” Kompor Zisochi.
“Dipa ngajak ribut. Haha…” Tambah Rafif.
“Biarin aja, sekarangkan bukan masanya gua lagi jadi ketua kelas, jadi elu dip sama Mika ga bisa bebas lagi dari hukuman. Karena ga ada yang belain lu lagi dari guru haha…betul ga pan ?” Balas Pradia.
“Hahaha…emang bener nih, elu berempat harus gua awasin bener-bener, biar gua ga kena masalah juga, hahaha...” Ledek Irfan.
“Wah…ni anak otaknya ditaro diketiak. Kenapa gua juga termasuk. Ngajak berantem lu? Hahaha…” Balas Pradia.
“Dip, di bawah ada Mika gak ?” Tanya Zisochi yang tidak jauh duduknya dari tempat duduk Dipa.
“Ada kok, tapi masih ditahan sama babeh, katanya sih karena dia udah sering terlambat.” Jawab Dipa.
“Gak usah ditanya lagi hal itu mah, emang dia kelakuannya kayak gitu, udah dari dulu malah kan ?” Jawab Zisochi dengan ketawanya yang khas.
“Hahaha… iya juga ya, gua kok sampe lupa.” Jawab Dipa sambil mengingat-ingat kelakuan Mika yang sering terlambat.
Kelaspun menjadi
gaduh karena candaan mereka. Madame
telah kembali lagi ke kelas. Madame
langsung memberikan kertas selembar untuk mereka memperkenalkan diri, harapan
kedepannya bersama kelas baru ini beserta cita-cita yang ingin diraih untuk masa
depan dalam bentuk tulisan. Merekapun mulai menulis apa yang telah
diperintahkan oleh Madame. Dari
lorong kelas, terlihat bayangan Mika yang sedang berjalan menuju kearah kelas.
Setelah masuk kelas, dengan polosnya Mika senyum kearah Madame.
“Madame, maaf saya telat hehe…” Kata Mika sambil salim.
“Iya, saya tahu kok, sudah jadi kebiasaanmu kan itu ?” Ledek Madame.
“Yasudah sana duduk dibangku yang kosong.” Tambah Madame.
“Hehehe…Madame bisa aja. Tapi Madame, kursi yang kosongnya nggak ada…adanya cuma meja doang.” Jawab Mika.
“Belum bayaran sih lu hahaha…” Ledek Zisochi.
“Eh, Zisochi…nggak boleh gitu ah sama teman sendiri.” Kata Madame.
“Coba kamu cari bangkunya di kelas lain. Siapa tahu aja ada yang lebih.” Kata Madame ke Mika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar