Pelajaran kedua dihari
ini adalah pelajaran matematika. Aku berharap guru matematikaku tidak masuk
karena cuaca yang sedang tidak bersahabat ini. Akan tetapi jauh dari harapanku.
Irfan memberitahukanku bahwa guru yang hari ini mengajar, semuanya masuk. Tapi
aku bersyukur karena waktu matematika berkurang 10 menit karena guru matematika
kami masuk sedikit ngaret dari jadwal. Aku senyum senyum tidak jelas sendirian.
Seperti seseorang yang melamunkan sesuatu yang menyenangkan. Segera kami
memulai pelajaran, guruku mulai menerangkan bab 1 dalam buku matematika kami,
setelah itu, kita beralih pada latihan soal halaman 25.
Guruku akan memanggil
murid muridnya dikelas ini untuk mengerjakan soal tersebut. 5 berbanding 45.
Kukira hari ini aku aman terhindar dari soal soal ini. Guruku mempercayakan
soal pertama pada Bintang, soal kedua untuk Aprillia, soal ketiga untuk Iman, soal
keempat untuk Abror. Pada saat soal kelima, guruku melihat absensi. Aku
berfikir sejenak untuk memperkirakan siapa yang akan maju mengerjakan soal
kelima ini. Oh..., tidak..., hari ini tanggalnya sama dengan nomor absensi
ku..., sial. Momen yang buruk, ternyata benar, aku ditugaskan untuk mengerjakan
soal nomor 5.
Aku mulai berusaha
menjawab soal yang sudah guruku berikan. Soal pertama dengan mudahnya Bintang menjawab. Lanjut soal kedua, Aprillia berhasil menjawabnya. 10 menit kugunakan
untuk mengerjakan soal itu. Setelah itu dengan sombongnya, aku senyum senyum
sendiri. Syfa melihat hasil pekerjaanku, dia tersenyum kecil sambil
menggelengkan kepalanya. Syfa memberikan jawaban soal nomor 5 kepadaku. Setelah
ku cek, ternyata jawabannya tidaklah sama. Tapi aku percaya akan hasil yang aku
dapat itu adalah jawaban yang benar. Maka dari itu, aku meminta Syfa
menerangkannya bagaimana hasilnya bisa sebesar itu. Akan tetapi, tidak sempat
waktunya karena Iman dan Abror sudah selesai mengerjakan soal mereka masing
masing.
Dengan percaya diri, aku
menghiraukan jawaban Syfa. Akan tetapi Syfa hanya melihatku dan tersenyum
sambil menahan tawanya. Selesaiku menyalin jawaban dipapan tulis. Guruku mengoreksi
jawabannya. Dari kelima soal tersebut hanya satu yang salah. Kalian tahu siapa?
Ya benar, itu adalah jawaban soal nomor 5. Aku terdiam seperti kerbau yang
diikat dipohon. Namun Syfa tertawa seperti anak kecil yang sedang melihat
mukanya Rafif. Guruku meminta seseorang diantara kami untuk membenarkan jawaban
nomor 5. Syfa mengacungkan tangannya untuk membenarkan jawabanku yang salah
serta untuk membuktikan padaku bahwa jawaban Syfa benar. Setelah dia maju,
ternyata jawabannya benar. Dan untuk yang kedua kalinya Aku terdiam seperti
kerbau yang diikat dipohon sedangkan Syfa mengedipkan sebelah matanya untuk
meledekku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar