Minggu, 06 Maret 2016

Jurnal si Dipa (Bab 3 Neko Bagian 6)

Tiba tiba pikiran jahat merasuk kedalam otakku. (Kalian nggak percaya gua punya otak gara gara tadi gua salah jawab ?). Aku bersyukur bisa duduk bersebelahan dengan Syfa karena dialah dewi pelindung untukku pada saat aku membutuhkannya.

Setelah itu, Bel istirahat berbunyi. Bergegas aku dan teman teman menuju lapangan in door olahraga. Setelah itu aku bergegas ke masjid sekolah untuk sholat duha. Oh iya, waktu istirahat kami hanya 10 menit saja. Kata guruku sih karena hanya difokuskan untuk siswa menjalankan sholat sunah duha. Setelah sholat duha, aku kembali ke ruang olahraga. Dari 45 siswa, hanya aku saja yang tidak mengenakan seragam olahraga.

“ Kazuichi Kin Dipa Kirigaya, kenapa kamu tidak menggunakan seragam olahraga ? ” Tanya guru olahraga.
“ Seragamnya basah pak. ” Jawabku.
“ Mana sini tas kamu. Saya mau lihat apakah buku buku kamu juga basah. “ Kata guru olahraga.
“ Buku bukunya nggak basah pak, tadikan saya berangkat pake baju olahraga, terus pas dipertengahan jalan saya kehujanan. Terus neduh sebentar dan langsung pake mantel hujan. Setelah itu saya lanjutin lagi jalan kesekolah.” Alasanku.
“ Mana sini lihat baju seragammu yang basah.” Kata guru olahraga.
“ Ini pak, saya masukin ke kantong kresek biar nggak basah tas saya.” Kataku.
“ Lah, tapi mustahil kalo bajumu basah kuyup kayak gini, tapi buku bukumu tidak basah.” Heran guru olahraga.
“ Mana saya tau pak, mungkin ini rezeki anak soleh pak. Hehe. ” Kataku.
“ Ada ada saja kamu. Yaudah, untuk kali ini alasan seperti itu saya terima. Tapi lain kali tidak akan saya terima. Sesuai persepakatan kita dikelas X. Kamu harus lari keliling lapangan dua kali lipat dari teman temanmu.” Kata guru olahraga.
“ Siap pak! ” Seruku.

Kamipun berlari mengitari lapangan, kami disuruh lari mengitari lapangan sebanyak 5 putaran, dan aku disuruh mengitari lapangan sebanyak 10 putaran. Syfa memperlambat larinya untuk menungguku berlari disampingnya. Setelahku disampingnya, Syfa memasang wajah menyesal untukku, lalu kubalas dia dengan senyuman lepas. Aku berkata kepadanya bahwa aku baik baik saja, kesehatan Syfa lebih penting dari apapun. Termasuk hukuman dari guru olahraga.

Setelah lari, pak guru membuatkan kami pertandingan basket yang terdiri dari dua ronde. Tim yang memenangkan kejuaraan ini akan ditraktir minuman apasaja yang ada dikoperasi sekolah oleh guru olahraga kami. Pertandingannya terdiri dari 5 grup laki laki. Sedangkan anak perempuannya hanya menjadi tim sorak. Setiap grup terdiri dari 5 kelompok.  Timku terdiri dari Zisochi, Abror, Ridwan, Pradia dan aku. Sedangkan Agung, Rafif, Mika berada di tim sebelah bersama Adit dan Adam. Banyak tim lain yang protes karena mereka akan mengetahui bahwa yang akan merebutkan juara 1 adalah timku melawan tim Agung. Karena tim basket sekolahku diantaranya adalah Agung, Rafif, Zisochi dan aku. Akan tetapi guru olahragaku membiarkannya, karena beliau ingin melihat tim basket sekolah ini bermain melawan rekan lapangannya sendiri.


Dan ternyata benar, finalnya adalah timku melawan tim Agung. Kali ini yang bertindak sebagai kapten timku adalah Zisochi. Aku dipercayainya untuk menjaga Rafif. Sedangkan dia fokus untuk menghadang Agung “ace” tim basket kami. Syfa menyemangatiku dari luar lapangan. Permainan dimulai, timku tertinggal 5 angka dari tim Agung. Akan tetapi Zisochi bisa memperkecil ketertinggalan menjadi 3-5 karena shoot 3 point miliknya. Aku tak mau ketinggalan show. Aku menyumbangkan 2 point berkat serangan driving ku. Skor kami kini seimbang sampai babak pertama selesai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar