Pagi
ini serasa istimewa karena pagi inilah merupakan akhir dari latihan Dipa untuk
menghadapi tantangan dari Kira. Mereka berkumpul untuk belajar seperti biasa di
ruang kelas XI IPS 2. Pagi ini suasananya seperti biasa. Akan tetapi
hanya teman teman kampret Dipa saja yang berkoar untuk memberikan kode terhadap
Syfa kalau hari ini Dipa akan bertanding untuk merebutkannya. Pelajaran demi
pelajaran untuk hari ini mereka lalui. Pelajaran terakhir telah usai, kini
mereka harus moving menuju ruang
pelajaran tambahan untuk memantapkan materi menghadapi ujian nasional.
Pelajaran tambahan kali ini adalah Bahasa Indonesia. Sisa beberapa menit lagi
menuju pertandingan. Mereka telah meminta izin dengan kesiswaan dari jauh jauh
hari untuk memakai lapangan setelah atau beberapa menit sebelum pelajaran
tambahan usai. 25 menit sebelum pelajaran tambahan usai, Mika mulai berkoar
lagi.
“Ehem… ehem… yang mau jadi pahlawan.”
Ledek Mika.
“Dip, deg degan nggak ?” Tanya
Pradia.
“Tinggal ngitung detik pake jari aja dah,
wkwk.” Kata Zisochi.
“Gua mah santai santai aja, lagi on fire nih…,
malah kalo diibaratkan lagi main PES nih, disamping name tag gua itu
panahnya warna merah…wkwk” Kata Rafif sambil menyindir Dipa.
“Dipa yang gua tanya, bukan elu kampret…”
Kata Pradia.
“Emang kalo menang dapet apaan dip? Wkwk.” Ledek
Mika.
“Kampret lu…dari tadi pagi lu nanyanya gitu
terus.” Kata Dipa.
“Syfa, suport Dipa dong… sebentar lagi kan
mau bertanding… haha…” Ledek Raka.
“Kenapa lu ikut ikutan kayak kunyuk sih…” Kata
Dipa.
“Hahaha… Dipa bete…” Tambah Irfan.
Syfa hanya diam saja mengabaikan
perkataan Raka. Tak lama kemudian, pelatih basket datang ke kelas untuk
memanggil mereka. Dipa, Rafif dan Agung bergegas merapikan peralatan sekolahnya
masing masing. Tak lupa mereka minta doa restu dari Pradia, Raka, Mika, Irfan
dan Zisochi. Kali ini kami minta doa restu ke guru bahasa indonesia kami.
Padasaat sebelum keluar dari kelas, Dipa melihat kearah Syfa, namun dia tidak
melihat kearah Dipa. Bintang membantu Dipa dengan cara berbisik kepada Syfa
untuk melihat kearah depan. Setelah dia melihat kearah Dipa, dia segera
membuang muka beralih pada buku tulisnya. Setelah mereka keluar, Syfa
mengeluarkan handphonenya dan
mengetik sebuah SMS. Grace yang duduk didepannya pun bertanya kepada Syfa.
“Lagi ngapain syf ?” Tanya Grace.
“Ah, ini…lagi SMS.” Jawab Syfa.
“SMS siapa syf ?” Tanya Feline.
“SMS Dipa lah.” Jawab Syfa.
“Ciee…ceritanya ngasih dukungan diam diam
nih? Cie banget kan, haha.” Ledek Grace.
“Lah, emang hari
ini tandingnya ?” Tanya
Syfa.
“Ish, tadi kan anak anak rame nyemangatin si
anak anak curut itu. Masa lu nggak denger sih?” Jawab Feline.
“Tadi kirain Syfa, mereka cuma mau latihan
aja.” Kata Syfa.
“Terus itu isi pesannya apa ?” Tanya
Feline.
“Syfa nolak Dipa.” Jawab Syfa.
“Lah, parah… ih sumpah… parah…” Kata
Feline.
“Iya, nanti kalo Dipa baca gimana?” Tambah
Grace.
“Aduh…Syfa jadi bingung nih…” Jawab Syfa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar