Letak pelajaran yang berdempetan dengan waktu istirahat itu
sangatlah berat dirasa. Apalagi ketika menjelang beberapa menit menuju waktu
istirahat. Dikarenakan sudah hampir 50% konsentrasi belajar sudah mulai menuju
kantin dan koperasi sekolah. Imaji akan bumbu kacang siomay yang pedas serta
gurih, cireng hangat dan besar sudah memanggil hingga ke dalam perut. Rempah-rempah
serta topping dari nasi goreng seafood tak mau kalah ambil peranan. Ditambah
dengan segarnya es selasih beserta es susu kedelai dan es kacang hijau yang
dibungkus dengan plastik Polyethylene
berukuran 15 x 30 cm mengalahkan cuaca panas hari ini. Apabila alergi dengan
susu dan kacang, es teh dan es jeruk dengan wadah cup plastik 16 oz dengan
senang hati selalu ada.
Sesekali Dipa
melihat jam tangannya untuk memastikan berapa menit lagi pelajaran akan
berakhir. Dengan pandangan yang sudah tidak fokus pada pelajaran, Dipa
mengalihkan pandangan menuju Syfa yang sedang membaca novel barunya. “ Sepertinya kalau sudah dengan novel, Syfa asyik
sendiri hingga masuk kedalam dunia nyamannya. Hingga tak berasa kalau sedang
diperhatikan. Bahkan dengan materi ini aja dia cuek ”. Simpulan Dipa dalam
hati. Diubahnya haluan pandangan Dipa menuju teman-temannya. “ Agung dengan Pradia mungkin lagi bahas tentang
perempuan, soalnya keliatan banget dari matanya Pradia yang berbinar-binar
”. Terka Dipa. “ Rafif dan Ziso pasti
lagi bahas basket. Lagipula apalagi pembahasan mereka selain basket ”.
Yakin Dipa. “ Kalo Mika gimana ya ? ”
Tanya Dipa.
Penasaran
tersebut berubah menjadi penyesalan seketika Dipa menoleh kebelakang tepat
dimana Mika duduk. “ Seharusnya memang
tak perlu menoleh kebelakang, karena sudah pasti dunia nyamannya seperti ini.
” Sesal Dipa yang melihat Mika tertidur pulas. Merasa akan bosan, Dipa
memutuskan untuk menjahili Mika. Dengan pulpen gel hitam bermata 0,8 mm, Dipa mulai berkarya. Goresan demi goresan
dibuatnya tanpa membangunkan Mika. Tidak puas dengan Mika, Dipa bersiap
menjahili Syfa. Berkedok membungkukkan badan dan meregangkan kedua tangan
kearah depan, Dipapun beraksi. “ buk !! ”
Suara kecil dari tertutupnya novel membuat Syfa serta seisi ruangan kaget.
“ Dipa !! ” Spontan Syfa membuat pandangan
yang lain tertuju padanya. Kaget tersebut kemudian berubah menjadi tawa setelah
pandangan mereka terhadap Syfa dikalahkan oleh bangunnya Mika. Wajahnya membuat
Bu Suci harus menahan gelak tawa. Mika yang bingung pun bertanya tanya “ Ada apa sih ? ” Raka segera menjawab
pertanyaan Mika setelah berhasil menghentikan tawanya beberapa detik “ Apus dulu tuh yang ada di pipi lu .”
Entah nurut atau nyawanya belum kembali seutuhnya, Mika melakukan apa yang
disuruh Raka. Suara tawa menjadi lebih pecah dua kali lipat dari sebelumnya
dikarenakan pipi Mika yang menjadi hitam akibat tinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar