Madame meninggalkan kelas, begitu pula dengan Pak Aram yang
meninggalkan Agung. Agung memulai langkahnya dengan wajah yang tegang. Dengan
penasaran Pradia menghampiri dan menyeretnya menuju kursinya. Hanya ada
pandangan kosong yang tergambar di pupil matanya. Rasa tak menyangka serta tak
tahu harus bagaimana menyerang dengan begitu mudahnya kedalam diri seseorang “ace” yang dikenal dengan mental yang
kuat serta gigih.
“Apa yang tadi disampaikan Pak Aram ?” Tanya Pradia.
“Kenapa tiba-tiba murung gung ?” Ikut Feline bertanya.
“Ada berita apa gung ?” Lanjut Grace.
“Kena hukuman apalagi ? Skorsing ?” Terus Mika.
“Tanyanya satu-satu dong, biar Agung nggak ribet.” Perhatian Syfa.
“Iya.. bener kata Syfa. Tapi lu kenapa gung ?” Tanya Pradia penasaran.
“Rafif.. Zisochi. Cepet kita ke ruang basket sekarang !” Seru Agung.
“Zisochi ikut gua siapin tempat rapat. Rafif, tolong ke guru piket minta surat dispensasi rapat eskul.” Pinta Agung.
Tanpa
bertanya lagi, Rafif dan Zisochi segera mematuhi perintah Agung. Baru kali ini
Agung menunjukan wajah seriusnya selain pada pertandingan. Tanda tanya besarpun
muncul dipikiran mereka. Pradia memaksa untuk ikut, namun ditolak Agung. “Maaf pra, bukannya sombong. Tapi ini masalah
kami dan kami yang harus selesaikannya. Bukan kita.” Kata Agung menahan
keinginan Pradia untuk ikut.
Dibantu
oleh Zisochi, Agung mulai menyiapkan tempat rapat. Kemudian datang Rafif dengan
membawa surat dispensasi. Terdapat 18 anggota disana tercantum. Zisochi
berganti alih membantu Rafif memberikan surat dispensasi untuk anggota tim.
Hanya tersisa tujuh yang menghadiri rapat dadakan itu. Selebihnya punya alasan
tersendiri dan tak jarang juga blak-blakan mengundurkan diri padasaat itu juga.
“Langsung aja ke inti permasalahannya, sebentar lagi eskul kita bakal dihapus pihak sekolah dan jika kita masih bertahan maka akan diganti jadi komunitas.” Singkat Agung.
“Alasannya emang kenapa kak ? Apa udah nggak produktif lagi tim kita ?” Tanya Nico.
“Ya salah satunya itu. Tadi Pak Aram panjang lebar kasih alasan kenapa tim ini harus bubar.” Kata Agung.
“Kalo jadi komunitas, apa-apa bakal sendiri kita urusnya. Mulai dari sparing, ikut kejuaraan sampe transport dan lapangan juga kan ?” Tanya Nizar.
“Kalo lapangan kayaknya masih dikasih latihan disini deh.” Menurut Zisochi.
“Terus supaya kita bisa pertahanin eskul kita gimana nih ? Pasti masih boleh kan ?” Tanya Pita.
“Ya syarat pertama sih kalo sesuai sama kesiswaan, ketika mau bentuk organisasi atau eskul itu minimal punya 13 anggota.” Kata Agung.
“Bisa lah kalo itu mah.” Jawab Nizar.
“Tunggu dulu ! ini aja udah ada lima anggota kita yang keluar dari tim hari ini juga. Enam orang lagi nggak tau hatinya masih bertahan di eskul ini atau udah mati ?” Kesal Jihan.
“Salahnya kita gitu sih, biar aja anggota kita pas 13. Asalkan emang hatinya buat eskul ini. Terbukti kan sekarang ? Mana lagi yang peduli sama eskul ini ? Latihan jarang ! Giliran sparing atau turnamen giat dateng !” Tambah Rafif.
“Udah kak, kita ga harus nyalahin rekrutmen juga. Lagipula selama ini mereka juga berperan besar buat kemajuan tim kita.” Kata Nico.
“Tim kita nggak akan maju kalo nggak pernah ada yang namanya ngelakuin latihan ! nggak akan berkembang tanpa latihan ! uang aja nggak bisa bikin kita jago ! nggak bisa bikin kita berkembang !” Kesal Rafif.
“Udah, yang dibilang Rafif benar dan yang dibilang Nico juga benar. Uang hanya bantu kita untuk membiayai sewa lapangan ditempat lain biar ga bosen kalau latihan, beli minum, beliin rokok babeh yang nungguin pintu gerbang supaya lebih lama lagi ditutupnya karena latihan kita yang sampe magrib hingga bayar uang pendaftaran kalo ada turnamen atau kejuaraan. Sisanya kita simpen buat rekrutmen pelatih baru.” Panjang Agung.
“Jadi gua punya usulan bagaimana kalo kita promosiin lagi eskul kita dari kelas ke kelas.” Ide Agung.
“Bukannya promosiin eskul itu cuma bisa pas hari kedua masa orientasi siswa baru aja ya ?” Tanya Jihan.
“Kalo menurut gua bisa sih, soalnya pasti banyak juga kan temen-temen kita yang ngerasa udah cape atau mau dapet pengalaman baru dengan eskul yang baru.” Jawab Agung.
“Yaudah gung, Tanya Pak Aram aja dulu. Semoga bisa deh.” Harap Rafif.
“Iya, palingan besok deh kalo ada pelajaran kosong.” Kata Agung.
“Kak, besok kelas saya sama kelasnya Nizar ada pelajaran Pak Aram. Apa mau kita aja yang nanya ?” Tanya Pita.
“Kayaknya kurang sopan deh kalo bukan ketua yang nanya langsung, takutnya Pak Aram mikirnya ketua basket ga ada tanggungjawabnya nanya beginian harus staff nya yang turun tangan.” Kata Jihan.
“Iya, setuju sama Jihan.” Kata Nico.
“Yaudah, sekarang minta identitas kalian aja, mulai dari nama sampe nomor punggung ya, soalnya nanti mau diminta sama Pak Aram buat didata berapa anggota yang masih aktif.” Kata Agung.
“Untuk latihan, kita delay dulu sampai keputusan Pak Aram ditetapkan.” Tambah Agung.