Dipa
melihat Syfa menangis setelah bertengkar mengenai hari ini. Kemudian dipercepat
langkahnya untuk sampai ruang Bahasa Indonesia dan mengambil buku yang
tertinggal. Akan tetapi, belum masuk kelas, langkah kakinya terhenti. Kemudian
Dipa duduk menyandar di tembok ruang kelas Bahasa Indonesia. Dipa mengeluarkan
air mata penyesalan karena telah membuat Syfa marah dan menangis. Tiba tiba
Kirana keluar dari ruang Bahasa Indonesia.
“Eh, Dipa. Kenapa lu? kok nangis?” Tanya
Kirana dengan polosnya.
“Ah, nggak kok. Siapa juga yang nangis. Lu
belum pulang? ” Jawab Dipa.
“Ga usah alihin pembicaraan deh. Elu lah,
siapa lagi ? disini cuma ada elu sama gua doang. Udah lah, muka lo nggak bisa
bohong dip.” Kata Kirana.
“Gua udah buat Syfa nangis. Dia udah tau
alasan gua bertanding hari ini.” Jawab Dipa.
“Sekarang Syfa dimana?” Tanya
Kirana.
“Dia ada di depan ruang basket.” Jawab
Dipa.
“Kalo gitu buruan lah kesana. Kalo emang lu
suka dia, cepetan minta maaf karena udah buat dia sakit hati.” Kata
Kirana.
“Tapi buku gua ketinggalan di meja.” Kata
Dipa.
“Nih, udah gua ambilin. Tadi gua juga lupa
kalo kunci motor ketinggalan. Pas mau balik ke parkiran, gua liat buku elu. Dan
nggak lama kemudian gua denger kalian berdua marah.” Panjang Kirana.
“Itu udah tau kenapa tadi nanya gua nangis
kenapa.” Jawab Dipa dengan wajah yang datar.
“Kirain kaki lu sakit gitu. Orang pas gua
liat elu udah duduk nyender di tembok.” Jawab Kirana.
“Udah, yang
penting tuh sekarang lo harus minta maaf ke Syfa.” Tambah Kirana.
Dengan cepat Dipa kembali
ketempatnya meninggalkan Syfa. Ternyata
dia ada disana sedang bersandar. Dipa duduk dihadapannya, lalu meminta maaf dan
menghapus air matanya. Akhirnya Syfa memaafkan Dipa.
“Kenapa sih sampe ngelakuin kayak gini?”
Tanya Syfa.
“Habis Syfa lama jawabnya.” Singkat Dipa.
“Ya mau gimana lagi? Syfa kan belum berani
ngomong langsung.” Jawab Syfa.
“Jawab nggak suka doang lama banget. Harus
ngelakuin ini semua, baru kan Syfa jawab?” Tanya Dipa.
“Bukan gitu, Syfa nggak mau aja lama lagi
diem dieman kayak gini.” Jawab Syfa.
“Lagian kenapa harus sama mereka ngadain
taruhannya?” Lanjut Syfa.
“Emang ini jadwal terakhir tanding.
Selanjutnya cuma latihan biasa aja biar yang kelas XII fokus belajar.”
Jawab Dipa.
“Apa harus dengan tim yang tahun lalu juara 1
di region kita? ” Tanya Syfa.
“Juara 1 ya? Beda jauh banget dari mereka. Tim
kita sudah terpuruk selama 4 tahun. Karena alasan itu sekolah menghapus basket
dari eskul dan menggantinya jadi komunitas. Nggak ada lagi fasilitas untuk
eskul ini.” Kata Dipa.
“Ternyata terlalu berambisi itu tidak
selamanya baik ya, Terlalu pecaya diri kadang salah dan terlalu memaksa itu
tidak baik.” Lanjut Dipa.
“Sudahlah dip, Apa yang udah terjadi lewati
aja. Skip… Pertandingan itu ada menang dan kalah. Kalo semuanya menang,
bukan pertandingan namanya kan?” Senyum Syfa.
“Menang dan kalah sudah biasa kan? Lagipula
Syfa banyak belajar dari Dipa. Nggak selalu pemikiran Dipa itu seperti anak kecil.
Maafin Syfa ya.” Pinta Syfa.
“Iya, Dipa juga minta maaf ya karena bentak
Syfa.” Pinta Dipa.