Minggu, 06 Maret 2016

Jurnal si Dipa (Bab 3 Neko Bagian 7)

Kini babak kedua. Zisochi mulai main ngotot. Lagi lagi dia berhasil menyumbang 3 point. Akan tetapi dibalas Agung dengan shoot 2 pointnya dari kotak pertahanan kami. Dimenit terakhir, Abror melakukan aley up dan berhasil membawa tim kami menjuarai pertandingan ini dengan skor 10-7. (asik...minuman gratis.... wkwk :v). Langsung saja timku menyerbu koperasi sekolah. kami mengambil minuman isotonik dan juga membawa 1 dus air mineral untuk semuanya.

“ Nih, buat Syfa. Hauskan daritadi teriak teriak ? haha...” Ledekku.
“ Iya, makasih dip. Oh iya, Dipa nggak mau minumannya ? ” Tanya Syfa.
“ Minumannya air mineral aja biar minum bareng bareng sama yang lain.” Jawabku.

Kamipun minum bersama guru olahraga sambil menunggu bel pulang berbunyi. Tak lama kemudian, bel berbunyi. Bergegas yang lainnya pulang. Aku ke koperasi sekolah untuk membeli susu bubuk dan air mineral. Sedangkan Syfa memastikan anak kucingnya masih berada pada tempatnya. Setelah kubeli susu dan air mineral, langsung saja aku menyusul Syfa ke ruang KIR. Kusuruh Syfa untuk membawanya keatas gedung sekolah. Aku memberitahukan kepada Seno lewat SMS kalau aku akan telat untuk berkumpul bersama di masjid sekolah. Kini kami membuat rumah untuk anak kucing tersebut menggunakan bahan seadanya dari gudang sekolah. setelah selesai, kami beri mereka nama dan memberikannya mereka susu.

“ Dip, kira kira nama yang cocok untuk kucing kucing ini apa ya ? ” Tanya Syfa.
“ hmm.. kasih nama Syfa aja.. kan mirip sama Syfa, haha...” Ledekku.
“ ish... serius.., Dipa labil nih. Kemarin bilangnya mirip sama ikan buntal, sekarang sama kucing. Yang bener yang mana sih ? haha...” Ledek balik Syfa.
“ Kan kalo kemarin karena pipinya mirip ikan buntal, nah kalo sekarang idungnya mirip sama anak kucing.” Balasku.
“ kok ? ” Tanya singkat Syfa.
“ Iya, kan sama sama pesek hidungnya... haha ” Ledekku.
“ Enak aja, idung Syfa mancung ya... kan keturunan Arab... hehe..” Elak Syfa.
“ Iya, tapi cuma sedikit doang keturunannya. Cuma di idung doang haha...” Lanjutku.
“ haha... jadi mau dinamain apa nih ? ” Tanya serius Syfa.
“ hmm.. neko aja.. yang ini Neko, yang itu Neko, yang satunya lagi Neko. ” Kataku.
“ Artinya kucing kan? ye...itu sama aja kayak Bahasa Inggris.. pakenya Cat. ” Bete Syfa.
“ Daripada nggak ada nama, mending pake neko aja.. haha.. itu dinamain neko semua biar kalo dipanggil pada meong semuanya haha...” Jawabku.


Akhirnya kami meninggalkan Neko. Kami bergegas sholat dzuhur di masjid sekolah. Setelah itu Syfa langsung pulang kerumah dan aku ikut gabung bersama kelompok belajarku mengobrol di masjid sekolah.

Jurnal si Dipa (Bab 3 Neko Bagian 6)

Tiba tiba pikiran jahat merasuk kedalam otakku. (Kalian nggak percaya gua punya otak gara gara tadi gua salah jawab ?). Aku bersyukur bisa duduk bersebelahan dengan Syfa karena dialah dewi pelindung untukku pada saat aku membutuhkannya.

Setelah itu, Bel istirahat berbunyi. Bergegas aku dan teman teman menuju lapangan in door olahraga. Setelah itu aku bergegas ke masjid sekolah untuk sholat duha. Oh iya, waktu istirahat kami hanya 10 menit saja. Kata guruku sih karena hanya difokuskan untuk siswa menjalankan sholat sunah duha. Setelah sholat duha, aku kembali ke ruang olahraga. Dari 45 siswa, hanya aku saja yang tidak mengenakan seragam olahraga.

“ Kazuichi Kin Dipa Kirigaya, kenapa kamu tidak menggunakan seragam olahraga ? ” Tanya guru olahraga.
“ Seragamnya basah pak. ” Jawabku.
“ Mana sini tas kamu. Saya mau lihat apakah buku buku kamu juga basah. “ Kata guru olahraga.
“ Buku bukunya nggak basah pak, tadikan saya berangkat pake baju olahraga, terus pas dipertengahan jalan saya kehujanan. Terus neduh sebentar dan langsung pake mantel hujan. Setelah itu saya lanjutin lagi jalan kesekolah.” Alasanku.
“ Mana sini lihat baju seragammu yang basah.” Kata guru olahraga.
“ Ini pak, saya masukin ke kantong kresek biar nggak basah tas saya.” Kataku.
“ Lah, tapi mustahil kalo bajumu basah kuyup kayak gini, tapi buku bukumu tidak basah.” Heran guru olahraga.
“ Mana saya tau pak, mungkin ini rezeki anak soleh pak. Hehe. ” Kataku.
“ Ada ada saja kamu. Yaudah, untuk kali ini alasan seperti itu saya terima. Tapi lain kali tidak akan saya terima. Sesuai persepakatan kita dikelas X. Kamu harus lari keliling lapangan dua kali lipat dari teman temanmu.” Kata guru olahraga.
“ Siap pak! ” Seruku.

Kamipun berlari mengitari lapangan, kami disuruh lari mengitari lapangan sebanyak 5 putaran, dan aku disuruh mengitari lapangan sebanyak 10 putaran. Syfa memperlambat larinya untuk menungguku berlari disampingnya. Setelahku disampingnya, Syfa memasang wajah menyesal untukku, lalu kubalas dia dengan senyuman lepas. Aku berkata kepadanya bahwa aku baik baik saja, kesehatan Syfa lebih penting dari apapun. Termasuk hukuman dari guru olahraga.

Setelah lari, pak guru membuatkan kami pertandingan basket yang terdiri dari dua ronde. Tim yang memenangkan kejuaraan ini akan ditraktir minuman apasaja yang ada dikoperasi sekolah oleh guru olahraga kami. Pertandingannya terdiri dari 5 grup laki laki. Sedangkan anak perempuannya hanya menjadi tim sorak. Setiap grup terdiri dari 5 kelompok.  Timku terdiri dari Zisochi, Abror, Ridwan, Pradia dan aku. Sedangkan Agung, Rafif, Mika berada di tim sebelah bersama Adit dan Adam. Banyak tim lain yang protes karena mereka akan mengetahui bahwa yang akan merebutkan juara 1 adalah timku melawan tim Agung. Karena tim basket sekolahku diantaranya adalah Agung, Rafif, Zisochi dan aku. Akan tetapi guru olahragaku membiarkannya, karena beliau ingin melihat tim basket sekolah ini bermain melawan rekan lapangannya sendiri.


Dan ternyata benar, finalnya adalah timku melawan tim Agung. Kali ini yang bertindak sebagai kapten timku adalah Zisochi. Aku dipercayainya untuk menjaga Rafif. Sedangkan dia fokus untuk menghadang Agung “ace” tim basket kami. Syfa menyemangatiku dari luar lapangan. Permainan dimulai, timku tertinggal 5 angka dari tim Agung. Akan tetapi Zisochi bisa memperkecil ketertinggalan menjadi 3-5 karena shoot 3 point miliknya. Aku tak mau ketinggalan show. Aku menyumbangkan 2 point berkat serangan driving ku. Skor kami kini seimbang sampai babak pertama selesai.

Jurnal si Dipa (Bab 3 Neko Bagian 5)

Pelajaran kedua dihari ini adalah pelajaran matematika. Aku berharap guru matematikaku tidak masuk karena cuaca yang sedang tidak bersahabat ini. Akan tetapi jauh dari harapanku. Irfan memberitahukanku bahwa guru yang hari ini mengajar, semuanya masuk. Tapi aku bersyukur karena waktu matematika berkurang 10 menit karena guru matematika kami masuk sedikit ngaret dari jadwal. Aku senyum senyum tidak jelas sendirian. Seperti seseorang yang melamunkan sesuatu yang menyenangkan. Segera kami memulai pelajaran, guruku mulai menerangkan bab 1 dalam buku matematika kami, setelah itu, kita beralih pada latihan soal halaman 25.

Guruku akan memanggil murid muridnya dikelas ini untuk mengerjakan soal tersebut. 5 berbanding 45. Kukira hari ini aku aman terhindar dari soal soal ini. Guruku mempercayakan soal pertama pada Bintang, soal kedua untuk Aprillia, soal ketiga untuk Iman, soal keempat untuk Abror. Pada saat soal kelima, guruku melihat absensi. Aku berfikir sejenak untuk memperkirakan siapa yang akan maju mengerjakan soal kelima ini. Oh..., tidak..., hari ini tanggalnya sama dengan nomor absensi ku..., sial. Momen yang buruk, ternyata benar, aku ditugaskan untuk mengerjakan soal nomor 5.

Aku mulai berusaha menjawab soal yang sudah guruku berikan. Soal pertama dengan mudahnya Bintang menjawab. Lanjut soal kedua, Aprillia berhasil menjawabnya. 10 menit kugunakan untuk mengerjakan soal itu. Setelah itu dengan sombongnya, aku senyum senyum sendiri. Syfa melihat hasil pekerjaanku, dia tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya. Syfa memberikan jawaban soal nomor 5 kepadaku. Setelah ku cek, ternyata jawabannya tidaklah sama. Tapi aku percaya akan hasil yang aku dapat itu adalah jawaban yang benar. Maka dari itu, aku meminta Syfa menerangkannya bagaimana hasilnya bisa sebesar itu. Akan tetapi, tidak sempat waktunya karena Iman dan Abror sudah selesai mengerjakan soal mereka masing masing.


Dengan percaya diri, aku menghiraukan jawaban Syfa. Akan tetapi Syfa hanya melihatku dan tersenyum sambil menahan tawanya. Selesaiku menyalin jawaban dipapan tulis. Guruku mengoreksi jawabannya. Dari kelima soal tersebut hanya satu yang salah. Kalian tahu siapa? Ya benar, itu adalah jawaban soal nomor 5. Aku terdiam seperti kerbau yang diikat dipohon. Namun Syfa tertawa seperti anak kecil yang sedang melihat mukanya Rafif. Guruku meminta seseorang diantara kami untuk membenarkan jawaban nomor 5. Syfa mengacungkan tangannya untuk membenarkan jawabanku yang salah serta untuk membuktikan padaku bahwa jawaban Syfa benar. Setelah dia maju, ternyata jawabannya benar. Dan untuk yang kedua kalinya Aku terdiam seperti kerbau yang diikat dipohon sedangkan Syfa mengedipkan sebelah matanya untuk meledekku.

Jurnal si Dipa (Bab 3 Neko Bagian 4)

Yang baru masuk kelas dan yang ditakuti Mika dan Rafif namanya Feline. Feline merupakan salah satu anggota kelompok Sfya juga. Jika dia sudah marah, pasti satu kelas akan diam seketika. Kalian tahu kenapa ? menurut kabar yang beredar, sewaktu kelas XI, padasaat Feline sedang ngomong di depan kelas memberikan informasi, ada temannya yang ngobrol. Saking kesalnya, Feline langsung berteriak dan mengoceh sangat cepat. Seperti emak emak kos yang sedang menagih tunggakkan kamar kos selama dua bulan kepada mahasiswa. Makanya, mulai dari itu dia sering kami ledek dengan sebutan “ Emak emak kos yang lagi nagih uang kos ”. Feline selalu melindungi kelompok belajarnya. Maka dari itu mereka berani adu ledek dan debat dengan kelompok belajarku, karena mereka tahu bahwa Feline adalah senjata utama untuk mengalahkan kelompok belajar kami.

Satu persatu teman kami datang. Jam menunjukkan pukul 07 : 15. Pelajaran hari ini dimulai dengan pelajaran Geografi. Akan tetapi guru utama Geografi kami belum bisa mengajar untuk hari ini. Maka dari itu guru geografi kelas X yang membimbing kami belajar pada hari ini. Walaupun suasana pagi yang begitu dingin, tak menghambat untuk melakukan kegiatan belajar mengajar hari ini. Akupun berbagi buku dengan Syfa lantaran bukunya belum bisa digunakan.

“ Oh iya, tadi kalo nggak salah dijalan. Syfa kayak ngambil kardus. Itu isinya apaan ? ” Tanyaku.
“ Iya dip, tadi dijalan sempet ngeliat ada tiga anak kucing yang terlantar. Jadi Syfa bawa aja ke sekolah. Kan kasihan kehujanan. “ Jawab Syfa
“ Terus kucingnya ditaruh dimana ? “ Tanyaku.
“ Syfa taruh disamping ruang KIR. “ Jawab Syfa.
“ Yasudah, nanti kita lihat lagi abis pulang sekolah. “ Kataku.


Aku dan Syfa kembali fokus ke pelajaran. Bel berbunyi untuk yang kedua kalinya, menandakan pelajaran Geografi telah selesai. Kini kami harus moving class. Oh iya, sekarang disekolahku sudah menggunakan sistem pembelajaran dengan cara berpindah pindah kelas. Menurut guru bimbingan belajarku sih, agar kita terbiasa nanti pada saat sudah menjadi anak kuliahan. Bukan hanya itu saja, ini juga termasuk dalam kurikulum pembelajaran baru. Akan tetapi hanya berlaku pada sekolah yang mempunyai ruang kelas yang banyak.

Jurnal si Dipa (Bab 3 Neko Bagian 3)

Lanjut pada Grace dan Andini. Mereka adalah dua anggota kelompok belajar Syfa yang kurus, berbeda dengan tiga anggota kelompok yang lainnya. Grace adalah anggota tertua di kelompok belajarnya, sangat berbeda dengan ketua kelompok belajarnya. Grace lahir pada tahun 1995, sedangkan Syfa, ketua kelompok belajarnya lahir pada tahun 1997. Selain itu, jika kami berdebat, mulutnya selalu berkicau cepat dan membuat kuping kami pengang. Maka dari itu, dia sering kami ledek dengan sebutan “ Gagak “. Walaupun Grace tertua di anggotanya dan selalu berkicau,  dia mempunyai pemikiran yang hebat serta pintar. Selain itu, wajahnya manis pula (supaya orangnya seneng, wkwk). Tapi kalau pemikiran yang hebat serta pintar itu memanglah kenyataan.

Lanjut pada Andini. Dia mempunyai kepintaran yang cukup cerdas juga. Dia satu tempat bimbingan belajar denganku, akan tetapi berbeda hari dan jam saja. Satu hal yang aku suka darinya adalah padasaat dia kalah ledekan denganku. Bibirnya akan monyong monyong seperti sapi. Ya, benar. Dia sering kami ledek dengan sebutan “ Sapi “. Lanjut pada Bintang, dia merupakan salah satu anggota belajarnya Syfa yang pintar dalam hal pelajaran matematika. Seperti kataku tadi pada awal kuperkenalkan mereka satu persatu, Bintang memiliki badan yang besar dan tinggi badan yang sedikit melebihi Syfa. Dia sering kami ledek dengan sebutan “ Badut Panda “. 

Terkadang gengku dan geng Syfa bertengkar karena ledekan kami, kadang pula gengku dan geng Syfa  akur.  Tidak lama kemudian Syfa kembali kekelas memakai baju seragam olahragaku. Aku dan yang lainnya tertawa karena melihat baju seragamku yang Syfa kenakan.

“ Dipa... bajunya kebesaran,  celananya kepanjangan...” Kata Syfa.
“ haha... udah, pake aja... cuma buat hari ini doang kok.” Jawabku.
“ Syfa keliatan lucu kok pake bajunya Dipa.. haha...” Ledek Pradia.
“ haha... kalo lucu karungin lah... haha..” Tambah Mika.
“ karung mana karung.. wkwk..” Tambah Rafif
“ Lo nyari karung? Mau ngarungin siapa? Ngarungin Syfa? ” Tanya Feline.
“ Aduh.. ada suara horror nih.” Kata Mika.
“ Jaing... merinding gua...” Tambah Rafif.
“ Kayak gitu kok suara horror. Coba lu berdua balik badan. ” Ledek Grace.
“ Maksud lu pada  suara gua horror ? ” Tanya Feline dengan muka horrornya.
“ eh, Feline... nggak kok. Bercanda doang. ” Kata Mika.
“ Elu bercanda nggak di pikirin dulu.. mau lo berdua gua karungin ? ” Tanya Feline.
“ Nggak Feline, ampun..” Kata Rafif.

Jurnal si Dipa (Bab 3 Neko Bagian 2)

Semua isi kelas tertawa oleh candaan kami. Setelah mengakhiri ledekan tadi, aku segera meletakkan jas hujanku di gantungan baju yang sudah disediakan sekolah. Setelah itu, kuletakkan tasku di meja Zisochi. Aku mengeluarkan handuk yang setiap harinya kubawa pada saat pelajaran olahraga untuk mengeringkan sedikit rambutku yang basah.
            
 “ Lah, ini banyak banget yang bantuin Syfa.” Tanyaku.
“ Yaialah.. Syfa kan temen gua..” Kata Kirana.
“ Betul tuh... masa iya, temennya diem aja ngeliat Syfa kesusahan.” Kata Grace
“ Kita ini kan temen baiknya Syfa.” Kata Bintang.
“ Iya kali banyak banget yang bantuin.. kan jadi ribet..” Kataku.
“ Berisik lu.. mau bantu apa nggak lu? ” Tanya Andini.
“ haha.. bercanda.. wkwk.. ini isi tasnya basah semua ? ” Tanyaku.
“ Nggak dip, pada kering semua !! yaialah basah !! lu nggak liat ? ” Kata Grace
“ Otaklu diketiak sih dip.. haha..” Kata Pradia.

Setelah itu, ku keluarkan baju seragam olahraga dari tasku. Kuberikan ke Syfa beserta handuk yang tadinya melingkari kepalaku.

“ Nih Syfa, ganti dulu bajunya. Nanti masuk angin.” Kataku
“ Ini handuknya, maaf ya udah dipake duluan tadi. ” Tambahku
“ Lah, nanti Dipa olahraga pake baju apa ? ” Tanya Syfa
“ Udah, ntar itu mah gampang. Yang penting ganti baju dulu sana di toilet.” Kataku.

Dengan cepatnya Syfa menuju toilet untuk mengganti bajunya. Akupun membantu teman yang lain mengeringkan buku buku Syfa yang basah. Oh iya, perkenalkan perempuan perempuan cerewet ini, mereka adalah teman sekelasku sekaligus anggota geng dan anggota kelompok Syfa. Yang pertama adalah Kirana. Kirana adalah teman sekelasku sewaktu kami duduk dikelas XI dan juga teman sekelasku di tempat bimbingan belajar. 

Dia mempunyai badan besar dan mempunyai tinggi badan yang menyeimbangi postur badannya yang besar. Bukan hanya badan dia saja yang besar, akan tetapi hampir semua anggota belajar Syfa berbadan besar. Satu rahasia mengenai Kirana adalah dia takut akan gelap. Mengapa aku bisa mengetahui rahasianya? Karena pada setiap bimbingan belajar, aku, Pradia dan Rafif sering mengerjainya dengan cara mematikan lampu ruangan belajar kami pada saat jam istirahat untuk mengerjakan sholat magrib.

Jurnal si Dipa (Bab 3 Neko)

Awan gelap disertai angin yang berhembus sedikit kencang melengkapi pagi hari ini yang kurang bersahabat. Sebentar lagi akan turun hujan, kuputuskan untuk datang ke sekolah sedikit lebih pagi dari biasanya. Seperti biasa, ku dengarkan musik sambil mengayuh sepeda. Tetesan hujan sedikit demi sedikit jatuh dari awan, aku segera berteduh untuk memakai mantel hujan yang sudah kusiapkan sebelum berangkat sekolah. Setelah ku berteduh, tetesan hujan kini semakin deras. Beberapa menit kemudian setelahku memakai mantel hujan, Syfa melintas dengan motor maticnya dipandanganku tanpa mengenakan mantel hujan.

Aku berteriak untuk memanggilnya namun derasnya suara hujan mengalahkan suaraku. Dia menepikan kendaraannya dan mengambil kardus yang ada dipinggir jalan tersebut. Aku tak tahu apa yang sedang Syfa lakukan. Setelah dia mengambil kardus tersebut, dia melanjutkan perjalanannya menuju sekolah. Aku melihat jam tanganku untuk memastikan gerbang sekolah belum ditutup. Ternyata masih ada waktu 20 menit lagi. Akhirnya kuputuskan untuk melanjutkan perjalanan.

Setelah sampai sekolah, kukira keadaan sekolah masih sepi. Ternyata dugaanku benar. Pada saat masuk kelas, baru ada Zisochi, Mika, Pradia, Rafif, Grace, Andini, Syfa, dan Bintang yang datang. Aku melihat kearah Syfa yang sedang sibuk bersama teman temannya mengeluarkan isi tas Syfa, ternyata dia basah kuyup karena kehujanan. Aku menuju bangkuku. Akan tetapi, Mika dan Rafif meledekku. Serentak Syfa dan yang lainnya melihat kearahku.

“ Eh, Rafif.. lihat deh, itu alien dari mana ? ”  Tanya Mika.
 “ Wah iya, eh alien.. mau invasi planet gua lu? haha..” Ledek Rafif.
 “ Kampret lu semua.. baru jam berapa nih? Masih pagi juga, udah nyari masalah aja lu.. haha... ” Kataku sambil melepaskan mantel hujan.
 “ Oh.. Dipa toh.. kirain alien.. makanya sebelum masuk kelas, mantel hujannya dilepas dulu dong.. haha..” Kata Mika
 “ Bawel lu.. oh iya.. ciee... yang nggak telat lagi.. haha.. biasanyakan telat terus.. wkwk.. ” ledekku balik.
 “ Bukan nggak telat dip, tapi tumben ga telat.. haha..” Tambah Zisochi.
 “ Sial lu.. biarpun gua bandel, tapi gua gak bakal telat terus lah.. haha..” Kata Mika.
 “ Udah.. ayo cepetan bantuin Syfa lagi..” Seru Pradia.

Jurnal si Dipa (Bab 2 Teman Baru Bagian 5)

Dipa hanya terdiam dengan perkataan Syfa. Bukan hanya pintar dalam pelajaran, tapi dia juga pintar membuat rasa minder dan khawatir seseorang hilang. Mereka telah sampai ditoko buku. Syfa membeli novel, dan Dipa membeli peralatan gambar. Pada hari itu mereka hanya bisa tertawa bersama dan bercanda bersama. Mungkin inilah yang disebut teman, kebahagiaan lebih indah kita bagi bila bersama teman. Mereka hanya sebentar berada ditoko buku lantaran novel yang dibeli Syfa adalah novel best seller pada bulan ini, jadi tinggal ambil di depan toko saja. Mereka bergegas pulang karena hari menjelang malam. Pemandangan sore yang indah ini, menemani perjalanan pulang mereka. Sepanjang jalan mereka mengobrolkan hobi masing masing dengan asiknya. Tanpa terasa sudah sampai di toko ikan yang tidak jauh dari kompleks perumahan Syfa.

Mereka tidak melupakan permintaan Fira. Mereka membelikannya dua ekor ikan koi. Dipa sibuk melihat lihat ikan hias, sedangkan Syfa sibuk memilih ikan koi yang akan dibelinya untuk Fira. Tiba-tiba tanpa sengaja Dipa melihat akuarium yang berisikan ikan buntal air tawar berada disamping akuarium ikan mas koki. Dipa memandangi ikan buntal itu dengan heran, sepertinya ada yang tidak asing dari ikan ini. Setelah Dipa ingat, cepat-cepat dia panggil Syfa.

Syfa, sini deh.” Panggil Dipa.
Ada apa dip ?” Tanya Syfa.
Syfa berdiri di samping akuarium ini deh, terus deketin wajahnya Syfa ke akuarium ini.” Suruh Dipa.Emang kenapa dip ?” Tanya Syfa dengan heran.

Karena penasaran, Syfa mematuhi perkataan Dipa. Syfa mendekatkan wajahnya ke akuarium yang berisikan ikan buntal.

Tuh kan, bener..” Kata Dipa sambil tersenyum.
Bener kenapa dip ?” Tanya Syfa heran.
Iya, bener. Pipi Syfa mirip ikan buntal, haha...” Ledek Dipa.
Ikan buntal... ikan buntal...” Ledek Dipa.

Syfa menjadi kesal karena lelucon Dipa, tapi lama-lama Syfa tertawa juga oleh lelucon Dipa. Akhirnya Dipa beli dua pasang ikan buntal itu untuk koleksi ikan hias milik Syfa. Mereka lanjutkan perjalanan pulang. Sesampai dirumah Syfa, dia berkata kepada Dipa.

Tunggu magrib disini dulu nggak ? sekalian sholat disini.” Tawar Syfa.
Langsung pulang aja deh.” Tolak Dipa.
Oke deh kalo gitu. Terimakasih ya dip, udah mau nemenin beli novel sama beli ikan koinya Fira.” Kata Syfa.
Iya Syfa sama-sama, gua balik dulu ya.” Jawab Dipa.
Iya dip, oh iya. Kamu tau alamat rumah Syfa dari mana ?” Tanya Syfa.
Tau dari Aprillo, dia kan pernah kerja kelompok bareng dirumah elu kan waktu kelas X ? ” Jawab Dipa.
Oh iya, hehe.. sekali lagi makasih ya dip, Syfa minta temenin supaya bisa lebih deket aja sama teman baru yang duduk disebelah Syfa, hehe..” Jawab Syfa.
Iya sama-sama Syfa. Pulang dulu ya udah mau magrib soalnya. Assalamu’alaikum.” Salam Dipa.
Wa’alaikumsalam.” Salam Syfa.
Salam buat keluarga ya.” Kata Dipa.
Iya, hati-hati dijalan ya teman baru.. hehe...” Jawab Syfa.

Tidak lama setelah keluar dari kompleks perumahan Syfa, adzan magribpun berkumandang. Dipa bergegas mencari masjid untuk melaksanakan sholat berjamaah karena takut ketinggalan sholat magrib bila dikerjakan padasaat pulang kerumah. Mengingat jarak waktu sholat dari magrib ke isya sangatlah pendek.

Jurnal si Dipa (Bab 2 Teman Baru Bagian 4)

Syfa berdiri dibelakang dengan pijakan kaki yang sudah Dipa pasang. Sepanjang perjalanan, Syfa menceritakan tentang kedua adiknya mengenai kebiasaan dan juga kesukaan yang ada pada diri mereka. Ya, benar. Syfa mempunyai dua adik yang jarak usianya hanya berkisar 3 tahun. Adik Syfa yang pertama bernama Aditya Farhan Aahil. Dia adalah adik kandung sekaligus adik kelas Syfa. Iya, Adit pada tahun ini menjadi salah satu dari ratusan siswa angkatan baru di sekolah mereka. Sedangkan adik yang terakhir bernama Zafirah Farhah. Tahun ini Fira juga menjadi siswa angkatan baru di SMPN 17 Bekasi.

Fira mulai belajar mandiri sejak kelas 5 SD. Oleh sebab itu, Fira sudah terbiasa berangkat sekolah sendiri menggunakan sepeda yang dibelikan ayahnya pada saat Fira lulus SD dengan nilai yang sangat memuaskan. Hobi ayah mereka melekat dalam pribadi anak-anaknya. Mereka sangat suka mengoleksi ikan. Adit suka mengoleksi ikan hias di akuarium miliknya. Sedangkan Fira suka mengoleksi ikan mas spesies Cyprinus carpio atau yang sering kita kenal dengan sebutan ikan mas koi di kolam bersama dengan ayahnya yang mengoleksi ikan mas spesies Carassius auratus atau yang sering kita kenal dengan ikan mas komet.

Lampu merah menyala, sebagai warga negara yang baik, Dipa mematuhi peraturan lalulintas. Disamping kanan mereka terdapat sepasang kekasih yang menaiki motor sport. Mereka melihat kearah Dipa dan Syfa dengan menahan ketawa untuk meledeknya. Dipa khawatir kalau Syfa akan malu karena menaiki sepeda. Lampu merah kini menjadi hijau, Dipa mengambil bahu jalan untuk lintasannya karena Dipa mengayuh sepeda dengan pelan. Tiba-tiba Syfa bertanya kepada Dipa.

Dipa, kok jalannya sedikit pelan sih ? capek ya ?” Tanya Syfa.
Syfa, maaf ya. Kita pergi ke toko bukunya pakai sepeda .” Jawab Dipa.
Iya dip, gapapa. Syfa seneng kok kayak gini.” Jawab Syfa.
Kepikiran sama dua orang yang tadi ya? haha... Paling juga itu motornya masih kredit.. haha...” Hibur Syfa.
Haha.. ada ada aja Syfa.” Jawab Dipa.
Iya dip, bener deh. Sepeda itu keren. Semakin kita berusaha kayuh  pedalnya, maka kita tetap seimbang. Jika kita berhenti mengayuh, kita akan kehilangan keseimbangan dan pasti terjatuh. Kita dapat terus berpindah karena kerja keras kita sendiri dan kemauan sendiri. Mengayuh pedal dengan sekuat tenaga, bukan menarik gas dengan sekuat tenaga.” Percaya Syfa.

Selasa, 01 Maret 2016

Jurnal si Dipa (Bab 2 Teman Baru Bagian 3)

Akhirnya Dipa pulang meninggalkan semua temannya. Setelah pulang, Dipa mempersiapkan diri. Makan sudah, mandi sudah, kini saatnya menunggu adzan ashar. Dipa bergegas berangkat menaiki sepeda kesayangannya menuju masjid yang terletak dibelakang kompleks perumahan. Diperjalanan menuju masjid, panggilan untuk sholat sudah mulai dikumandangkan. Dipercepat lagi kayuhannya untuk sampai ke masjid. Dipa sampai tepat waktu. Setelah sholat, dilanjutkan perjalanannya menuju rumah Syfa. Jarak dari rumah Dipa menuju rumah Syfa kurang lebih sekitar dua kilometer.  

Setelah sampai rumah Syfa, di halaman rumahnya terdapat ayah dan adiknya yang sedang menguras kolam ikan. Dipa parkir sepedanya didepan pintu gerbang rumah Syfa. Setelah itu,  diucapkannya salam kepada ayah dan adiknya Syfa. Mereka menjawab salam Dipa, adiknya Syfa menghampiri dan membukakan pintu gerbang rumahnya.

“Maaf kak, nyari siapa ya ?” Tanya Fira.
Oh iya, apa betul ini rumahnya Syfa ?” Tanya Dipa.
Iya betul, kakak temennya kak Syfa ?” Tanya Fira.
Iya, Syfa ada didalam ?” Tanya Dipa.
Ada kok, ayo masuk dulu kak, biar aku panggilin kak Syfanya.” Jawab Fira.

Fira masuk kedalam rumah dan Dipa disuruh masuk olehnya, namun Dipa tetap berdiri di depan pintu gerbang. Dipa tak menyangka bahwa Syfa mempunyai adik perempuan yang sama imutnya dan pintar seperti Syfa. Ayahnya menanyakan siapa diri Dipa kepada Fira, lalu Fira menjawab bahwa Dipa adalah temannya Syfa. Ayahnya berteriak dari kolam ikan meminta Dipa untuk masuk. Akhirnya Dipa masuk dan menghampiri ayahnya Syfa.

Assalamu’alaikum om, lagi nguras kolam ikan ?” Tanya Dipa basa basi sambil memberikan tangannya untuk salim dengan Ayah Syfa.
Wa’alaikumsalam, udah dek, nggak usah salim, tangan om bau amis.” Jawab ayahnya Syfa.
Iya om, nggak apa-apa. hehe.. ikan apa aja om yang ada dikolam ?”  Tanya Dipa.
Ini, ikan mas sama ikan koi. Oh iya, mau belajar bareng Syfa ?” Tanya ayahnya Syfa.
Enggak om, mau beli buku nih.” Jawab Dipa.
Oh, itu yang diluar sepedamu ? Kok nggak dibawa masuk ?” Tanya ayahnya Syfa.
Iya om, sebentar, saya masukin dulu.” Jawab Dipa.
 “Wah... sepeda untuk sprinter ini, kamu suka sprint juga ya kalau mengendarai sepeda ? ” Tanya ayahnya Syfa.
Nggak juga sih om, hehe.. saya lebih suka yang untuk mendaki.” Jawab Dipa.
Beda sama Syfa. Dia lebih suka jalanan yang menurun daripada jalanan menanjak.” Kata ayahnya Syfa.
Bener juga sih om, lebih enak turunan. Bisa istirahat dulu. Nggak perlu di gowes.” Kata Dipa
Jadi kamu suka bersepeda ya ? sama kayak om. Om juga suka bersepeda, tapi dulu.” Jawab ayahnya Syfa.

Beberapa menit kemudian, Syfa keluar dari rumahnya dan menghampiri Dipa. Untuk pertama kali Dipa melihat Syfa dengan mengenakan pakaian santai. Lebih terlihat imut dibandingkan mengenakan seragam.

Dipa nunggu lama ya? Maaf ya..” Pinta Syfa.
Nggak kok syf, baru  beberapa menit yang lalu sampenya.” Kata Dipa.
Yaudah, tunggu sebentar lagi ya, Syfa mau keluarin motor dulu.” Kata Syfa.
Eh, kakak mau ngapain ? Nggak usah ngeluarin motor, Dipa bawa sepeda tuh, masih parkir diluar.” Kata ayahnya Syfa.
Oh iya, oke deh, Syfa keluarin sepeda dulu ya.” Kata Syfa sambil melihat kearah sepeda Dipa.
Enggak usah Syfa. Berdua aja, repot nanti harus ngeluarin sepeda. Lagipula di garasi kan sepedahnya ?” Kata Dipa.
Cuma keluarin sepeda aja kok repot. Repot dari mananya dip? Haha..” Tawa Syfa.
Mending berdua aja, besok kan ada pelajaran olahraga. Nanti kalo malam dan besoknya masih pegel-pegel gimana ?”Tanya Dipa.
Haha.. Yakali sampai segitunya banget dip. Nggak apa-apa kok, Syfa ambil dulu ya sepedanya.” Kata Syfa.
“Udah, berdua aja sama gua. Jaraknya kan lumayan jauh, nanti pegel loh kakinya.” Kata Dipa sambil menarik lengan baju Syfa.

Kami berpamitan untuk pergi. Kemudian ayahnya Syfa berkata kepada kami,

Loh, kok nggak jadi keluarin sepeda kak ?” Tanya ayahnya Syfa.
Iya nih, Dipa nggak mau. Kakak disuruh berdua naik sepeda Dipa.” Adu Syfa.
Iya om, besok ada pelajaran olahraga. Takutnya nanti Syfa pegel karena kayuh pedal lama.” Terang Dipa.
Bener juga sih, Syfa juga jarang olahraga kalo lagi libur.” Ledek ayahnya Syfa.
Ish, ayah.. Kok jadi ledekin kakak sih ?” Muram Syfa.

Mereka pun tertawa melihat mimik wajah Syfa. Ditengah tertawa, dari arah kolam, Fira berlari menghampiri. Dengan lantangnya dia berteriak,“ Kak, Fira nitip ikan koi ya..” setelah itu Dipa dan Syfa berangkat. Mereka pergi menggunakan sepeda kesayangan Dipa. Dipa menyuruh Syfa untuk memakai helm sepeda Dipa karena dia khawatir jika sesuatu musibah menimpa mereka.

Jurnal si Dipa (Bab 2 Teman Baru Bagian 2)

Dipa selesai menceritakan tokoh idolanya. Pak Doni sempat bertanya tanya tentang YUI, dan akhirnya dengan senang hati Dipa menjawabnya. Bukan hanya itu saja, Pak Doni meminta untuk diputarkan salah satu lagu buatan YUI. Dipa pun memutarkannya didepan teman-teman. Lagu yang diputar adalah lagu yang berjudul “Goodbye Days”. Setelah reff lagu itu selesai, Pak Doni menyuruh Dipa untuk berganti cerita dengan Syfa.  Kini saatnya Syfa menceritakan tokoh idolanya. Dipa fikir hanya dia saja yang tahu dan mengidolakan YUI. Ternyata Dipa salah, Syfa menceritakan idola yang sama dengannya. Setelah selesai, kini Syfa duduk kembali disamping Dipa.

Gua fikir cuma gua aja yang menidolakan YUI dikelas ini, ternyata gua salah.. haha..” Kata Dipa.
Tadinya Syfa juga berfikir hal yang sama dengan Dipa, Syfa kira cuma Syfa doang yang tau YUI. Hehe..” Kata Syfa.
Emangnya Syfa suka lagu yang mana ?” Tanya Dipa.
Last Train, hehe.. habis lagunya slow.. enak didenger kalau mau tidur.” Jawab Syfa.
Oh iya, Dipa lahir di Jepang kan ? Syfa suka sama negara Jepang, mulai dari kebudayaannya sampai semangat kerjanya. Ceritain dong waktu Dipa tinggal disana.” Pinta Syfa.

Akhirnya Dipa bercerita dihadapan Syfa. Mereka menghiraukan teman-teman yang sedang menceritakan idolanya didepan. Pada saat itu, untuk pertama kalinya Dipa melihat Syfa tersenyum dan tertawa bersamanya. Dipa lanjut bercerita hingga bel berbunyi. Ternyata apa yang dibilang Agung itu benar, bahwa Syfa adalah anak yang asik serta mudah mendapat teman baru. Pada saat itulah mereka menjadi akrab, mereka selalu bersama pada saat disekolah.

Pelajaran untuk hari ini kini telah usai, Dipa bergegas menyusul yang lainnya karena mereka sudah menuju masjid sekolah beberapa saat yang lalu. Tiba-tiba Syfa memanggilnya dari dalam kelas. Langsung saja Dipa berbalik arah menuju kelas. Disana hanya ada Syfa.

 “Dipa, sini dulu. Syfa mau ngomong.” Kata Syfa.
Ada apa ?” Jawab Dipa.
Mau nemenin Syfa ke toko buku nggak ? Syfa mau nyari novel nih.” Jawab Syfa.
Ayo deh, gua juga mau beli perlengkapan gambar.” Jawab Dipa.
Oh iya, kenapa nggak sama temen temen lu aja ? Mereka kan suka jalan-jalan.” Tambah Dipa.
Mereka lagi ada urusan masing-masing.” Jawab Syfa.
Oh.. gitu.. yaudah deh, abis ashar aja ya berangkatnya.” Kata Dipa.

Dipa meninggalkan Syfa dan bergegas menyusul teman-teman yang sudah berada dimasjid. Setelah sholat, mereka berkumpul diaula masjid sekolah. Seno menceritakan pembelajaran mengenai hidup. Tidak terasa kini pukul 15 : 00. Dipa izin kepada mereka semua untuk pulang lebih awal dari mereka karena harus pergi ke toko buku bersama Syfa.

Eh, maaf ya, gua pulang duluan. Ga bisa pulang bareng-bareng sekarang. Lagi ada urusan.” Kata Dipa.
Yah, payah lu dip, ini lagi seru serunya nih. Masa balik duluan lu.” Kata Mika.
Tau ah, payah lu..” Tambah Rafif.
Yaudah, gapapa dip kalo ada janji.” Kata Seno.
Oke deh, sekali lagi maaf ya.., oh iya, prillo, mau bareng gak ?” Tanya Dipa.
Makasih dip, tapi gua masih mau dengerin cerita Seno.” Tolak Aprillo.
Udah, tenang aja, nanti Aprillo bareng gua.” Kata Seno
Oke deh.” Kata Dipa.

Jurnal si Dipa (Bab 2 Teman Baru)

Pelajaran keempat hari ini seharusnya adalah pelajaran Bahasa Prancis. Akan tetapi digantikan oleh pelajaran Bahasa Indonesia, hal ini terjadi karena untuk dua minggu mulai dari sekarang, Madame izin untuk kepentingan yang mendadak. Akan tetapi Madame hanya memberi mereka tugas yang ringan saja. Pada pertemuan kali ini di pelajaran Bahasa Indonesia, mereka ditugaskan untuk menuliskan seseorang tokoh idola masing-masing yang menjadi sukses karena memanfaatkan hobinya untuk menghasilkan uang sendiri. Awalnya Dipa bingung mau menulis dan menceritakan siapa. Akan tetapi, sebuah ide muncul.

Pelajaran Bahasa Indonesia hari ini menjadi empat jam, karena pelajaran Bahasa Prancis dipakai untuk pelajaran Bahasa Indonesia. Kata Pak Doni, mereka diberikan satu jam untuk menulis tokoh idola masing-masing yang sukses karena hobinya, dua jam untuk menceritakannya didepan teman-teman, dan satu jam terakhir digunakan untuk mengerjakan soal yang ada dipapan tulis yang sudah diberikan oleh Pak Doni. Kini saatnya menceritakan hasil kerja mereka satu jam yang lalu. Dari anggota belajar Dipa, yang pertama kali maju menceritakan idolanya adalah Agung. Dia menceritakan pemain basket kesukaannya, yaitu Kobe Bryant. Setelah itu baru Rafif dengan Stephen Curry dan Zisochi dengan LeBron James. Mereka menceritakan tokoh idolanya dengan lancarnya. Kini giliran Dipa menceritakan tokoh idolanya.

Tokoh idola Dipa bernama Yui Yoshioka. Nama panggungnya adalah YUI. Dia adalah seorang penyanyi, penulis lagu, composer, dan multi instrumentalis. Dia menyukai musik, karena kecintaannya pada musik, dia berhenti sekolah dan fokus bermusik. Semua bermula ketika dia menyaksikan pertunjukan musik jalanan dikotanya. Tempat kelahirannya sama seperti Dipa, di Fukuoka Shi Jepang. YUI mulai menulis dan membuat lirik lagu ciptaannya sendiri saat kelas IX SMP. Sebuah mimpinya terwujud bermula dari mempertunjukan lagu ciptaannya dipinggir jalan dikawasan Tenjin, Fukuoka Shi, Jepang. Pada bulan Maret 24 ia memenangkan audisi “SD Audition” yang diselenggarakan oleh Sony Music Japan.

YUI dikontrak oleh pihak Sony. Dia makin terkenal pada saat mengeluarkan single indienya “It’s Happy Line”. Singlenya itu terjual 2000 keping. Setelah berhasil atas kesuksesannya, dia membuat lagu berjudul “Feel My Soul”. Ternyata lagunya itu berhasil laku keras sebanyak 100 ribu keping lebih. Pada saat Juni 2006, dia bermain film “Midnight Sun” yang dirilis di Jepang. Filmnya sama seperti kisah nyata dia. Setelah terkenal dengan film tersebut, YUI kini semakin membumi. Sudah banyak lagu yang ia buat. Hingga sampai saat ini, ia masih berkarya. Tapi tidak single, melainkan menjadi group band. YUI bergabung dengan group band Flower Flower.

Contoh Kasus Aspek Hukum dalam Ekonomi



Assalamua'laikum wr. wb..


    Selamat malam semuanya, oh iya, selamat datang kembali di blog saya.. kali ini saya akan memposting kembali, akan tetapi dengan tema ataupun judul yang berbeda. Oke, tidak usah lama lama lagi... ini dia postingan saya mengenai contoh kasus aspek hukum dalam ekonomi.. :v #plak. Mari merapat dan selamat membaca..

    Sebelum kita memberikan contoh mengenai kasus aspek hukum dalam ekonomi, ada baiknya kita mengetahui arti dari judul postingan ini. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), aspek adalah sudut pandang. Hukum adalah undang undang, peraturan, dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat. Sedangkan ekonomi adalah tata kehidupan perekonomian (suatu negara); urusan keuangan rumah tangga. Jika kita gabungkan menjadi kesatuan, maka aspek hukum dalam ekonomi adalah sudut pandang dari peraturan peraturan yang berfungsi untuk mengatur tata kehidupan perekonomian atau urusan keuangan rumah tangga suatu negara.

    Contoh kasus aspek hukum dalam ekonomi salah satunya adalah kasus penimbunan sapi pada kamis, 13 Agustus 2015 di Jalan Kampung Kelor No. 33 Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang dan di Jalan Suryadharma, Selapang.

   Menurut tanggapan saya, kasus hukum dalam ekonomi ini sudah merugikan negara karena memonopoli ekonomi dengan cara menimbun sapi yang seharusnya dipotong/sembelih untuk kepentingan lebaran. Hal ini bisa menjadikan kelangkaan barang dan gejolak harga. Hal ini bisa membuat pelaku dipenjara.

    Hal ini sudah tertera dalam UU Perdagangan pasal 29 ayat 1 yang isinya adalah pelaku usaha dilarang menyimpan barang kebutuhan pokok dan atau barang penting dalam jumlah dan waktu tertentu padasaat terjadi kelangkaan barang, gejolak harga atau hambatan lalulintas perdagangan barang. Kemudian pada UU No. 18 tahun 2012 pasal 53 yang berbunyi dalam hal Perdagangan Pangan, Pemerintah menetapkan mekanisme, tata cara, dan jumlah maksimal penyimpanan Pangan Pokok oleh Pelaku Usaha Pangan. Mengingat daging sapi termasuk kedalam barang pokok.


    Sekian post mengenai Contoh Kasus Aspek Hukum dalam Ekonomi. Terimakasih sudah mampir di blog saya.. jangan kapok untuk mampir lagi ya...

Terimakasih... semoga bermanfaat ^.^b.


Wassalamua'laikum wr.wb...